"Hallo, Ratih! Bagaimana? Betah tinggal di rumah ini?"
Anita tiba-tiba muncul dari salah satu kamar. Ratih terlihat semakin kebingungan.
"Ini pesta untuk kalian berdua." Anita membentangkan kedua tangan, lalu merangkul pundak sahabatnya itu
"Pesta? Maksudmu?" Ratih menatap Anita tak berkedip.
"Sorry, my bestie. Aku lupa memberitahu mengenai hal ini. Ini rumah kakakku, Akbar, lelaki ganteng ini. Dialah yang sedianya akan dikenalkan kepadamu."
"Hallo, Ratih. Maaf atas kejutan ini. Btw, senang bisa kenal kamu dengan cara unik seperti ini." Pria muda yang ternyata kakak Anita itu masih mengembangkan senyum.
Mata Ratih terbelalak. Terutama ketika seorang perempuan paruh baya muncul dari salah satu kamar dengan pakaian bagus dan langkah anggun.
"Nah, kalau yang ini, Mamaku. Alias Mbok Jum." Anita tertawa renyah seraya menarik lengan Ratih dan mempertemukan tangan sahabatnya itu dengan tangan ibundanya.
Hampir copot jantung Ratih mendapati kenyataan ini.
"Terima kasih sudah menemani Tante seharian memasak di dapur." Perempuan paruh baya itu tersenyum manis ke arah Ratih.
Dan, ketika datang dua orang tamu terakhir yang amat dikenalnya, yakni ayah dan ibunya, Ratih benar-benar tidak tahu harus berkata apa.