"Siap, Mbok!" Ratih menyahut antusias. Meski dalam hati sempat ketar-ketir sebab selama ini ia jarang-jarang turun ke dapur.
Tapi kali ini ia akan mencoba. Alih-alih belajar memasak pada Mbok Jum yang tampak sudah sangat mahir dan berpengalaman.
Menjelang sore semua pekerjaan dapur sudah beres. Jamuan untuk para tamu sudah terhidang rapi di atas meja.
"Kamu pasti lelah. Mandilah dulu. Setelah itu kamu boleh kembali ke ruangan ini. Siapa tahu Tuan Muda butuh bantuanmu untuk melayani tamu." Mbok Jum memberi perintah lagi.
***
Satu dua orang tamu tampak sudah berdatangan. Usai mandi Ratih menarik satu kursi dan duduk di balik pintu ruang tengah. Sesuai saran Mbok Jum ia harus berjaga-jaga, siapa tahu Tuan Muda  membutuhkan tenaganya.
Lima menit duduk berdiam diri, ia teringat ponselnya yang tertinggal di dalam kamar. Ia harus mengambilnya karena ingin segera menelepon Anita.
"Tunggu!"
Seseorang mencegah langkahnya yang siap terayun.
Majikannya. Pria muda itu berjalan menghampiri.
"Ada yang bisa saya bantu?" Ratih membetulkan posisi berdirinya.
"Tahu, tidak? Acara ini untuk apa?" Pria muda itu tersenyum ramah. Sontak Ratih mengernyitkan alis. Bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh majikannya.