Ratih sontak terdiam. Ia tidak ingin berdebat lebih lama lagi. Ia memilih mengunci diri di dalam kamar.
***
Di dalam kamar Ratih melampiaskan kekesalan hatinya pada benda-benda yang berada di dekatnya. Kaleng biskuit yang tergeletak di atas tempat tidur dibantingnya kuat-kuat. Bunyi ribut membuat dua ekor kucing yang sedang memadu kasih, tepat di bawah jendela kamar sontak terkejut dan berlari terbirit-birit.
Masih dengan hati kesal tangannya bergerak meraih ponsel, menelepon Anita.
"Nit, malam ini aku menginap di rumah kosmu. Ini emergency!"
***
"Daripada dijodohkan, mending kabur dari rumah, Nit!" Ratih berkata ketus seraya memeluk guling erat-erat.
Anita yang duduk di tepi ranjang menarik napas dalam-dalam. Dia memahami dan tahu betul bagaimana watak sahabatnya itu. Ratih type gadis pemberontak dan keras kepala.
"Niat orangtuamu itu baik, Ra. Mereka khawatir, di usia yang sudah matang --- maaf, kau belum juga memiliki pacar." Anita mencoba menenangkan hati Ratih.
"Tapi tidak harus seperti itu kan, Nit? Masa harus ada perjodohan segala. Memangnya ini zaman Siti Nurbaya?" Ratih menyipitkan satu matanya.
"Kalau boleh tahu, cowok mana yang akan dikenalkan kepadamu?" Hati-hati Anita menyelidik.
"Mana aku tahu! Orangtuaku cuma bilang kalau mereka sudah lama mengenal kedua orangtua cowok itu."
"Oh, itu bagus, dong!"