"Tidakkah engkau sudi memaafkan penolakan dan kecurangan Ken Dedes di masa lalu, duhai, Jaka Lola? Perempuan itu sudah menjalani kutukanmu sedemikian jauh. Sangat jauh. Lihatlah, air matanya hingga kini tak juga kunjung kering."
Aku menengadah.
Langit Panawijen mendadak menjatuhkan bulir-bulir gerimis.
***
Malang, 4 November 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Note:
Cerpen ini pernah tayang di Risalah Misteri
Kisah ini disulih dari legenda Sendang Padusan Ken Dedes dan Watu Kenong
Didaupkan= disandingkan
Sendang padusan= kolam mandi
Biyada= ibu-ibu yang membantu perhelatan
Singup= kesan angker
Watu Kenong= Batu berbentuk Kenong (salah satu perangkat gamelan Jawa)
Â
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!