Baru saja hendak meracau karena kata-katanya tidak dipedulikan, mendadak mata Pangeran Zal tertuju pada sesuatu yang melintas di hadapannya. Seekor kuda putih tengah menyeret keranjang besar berisi seorang laki-laki berumur.
"Siapa laki-laki tua itu? Mengapa kamu menyeretnya?" Pangeran Zal bertanya penasaran.
Kuda putih itu menjawab santai, "Laki-laki tua ini dulu adalah majikanku. Ia sangat pemalas dan suka sekali memerintah dengan suara keras. Setiap hari kerjanya hanya tidur. Ia jarang menggunakan kakinya untuk berjalan. Akibatnya sekarang otot-otot kakinya kendur dan melemah. Mulutnya terkunci tidak bisa bicara."
Sontak Pangeran Zal jenggirat bangun. Lalu dengan sigap ia mendekati kedua pengawalnya.
"Pengawal! Mari kita melanjutkan perjalanan!"
***
Beberapa waktu kemudian.
Pengembaraan Pangeran Zal dan dua pengawalnya telah menempuh jarak cukup jauh. Suatu petang mereka menemukan sebuah gubuk tua di tepi hutan. Gubuk itu tidak berpenghuni. Rombongan kecil itu memutuskan untuk beristirahat dan menginap barang semalam di sana.
Tapi baru saja melepas lelah, mereka dikejutkan oleh suara riuh disertai derap kuda melintas di depan gubuk.
"Apa yang terjadi? Mengapa pasukan berkuda masuk ke dalam hutan?" Pangeran Zal bergumam seraya mengintip lewat lubang dinding gubuk yang terbuat dari anyaman bambu.
Mendengar gumaman itu salah satu dari pengawal yang berdiri di samping Pangeran memberi tahu.