"Di luar sana Pangeran akan banyak belajar tentang kehidupan sesungguhnya." Sang Resi memberi wejangan."Di istana ini pangeran terbiasa dilayani dan hidup mewah. Semua serba ada. Itu sebab dia jadi pemalas dan bertingkah laku semaunya."
Tidak ada pilihan lain. Demi kebaikan putra mahkota, Baginda Raja dan Permaisuri akhirnya memutuskan untuk melaksanakan saran sang penasihat agung.
***
Ditemani dua orang pengawal, hari itu juga Pangeran Zal harus keluar meninggalkan istana. Pangeran baru boleh kembali jika dirinya sudah menemukan nilai-nilai kebajikan yang membuat perilaku dan tabiatnya berubah jauh lebih baik.
Atas petunjuk Resi Tuah, pengembaraan dimulai dari arah terbit matahari dan berlanjut menuju ke arah matahari tenggelam.
***
Sementara itu.
Bertugas menemani Pangeran Zal yang terbiasa hidup enak bukanlah pekerjaan mudah. Kedua pengawal harus pandai-pandai menyembunyikan rasa kesal. Sebab sepanjang perjalanan putra mahkota Kerajaan Purucia itu tiada henti mengomel dan mengeluh.Â
"Aduh, kakiku pegal dan lecet-lecet! Harusnya tadi kalian membawa seekor kuda." Pengeran menggerutu seraya mengempaskan tubuh di bawah pohon akasia yang tumbuh di tepi jalan. Kedua pengawal pura-pura tidak mendengar keluhan junjungannya itu.
"Eit, tapi tunggu dulu! Bagaimana kalau kalian secara bergilir menggendongku?" Pangeran Zal sontak tersenyum simpul. Merasa senang karena berhasil menemukan ide perjalanan yang dianggapnya paling cemerlang.
Lagi-lagi kedua pengawal pura-pura tidak mendengar.