"Hai, apa kabar, Nyonya? Bukan suatu kebetulan bukan jika kita dipertemukan lagi?"
Perempuan yang pernah mengaku sebagai doppleganger-ku itu, tersenyum penuh arti
***
"Jim, bisa kaujelaskan maksud dari semua ini?" Antara gugup dan marah aku menegur Jim.
"Hanya kebetulan saja, Lisa. Perempuan ini membaca iklan lowongan kerja yang kupasang di surat kabar. Ia lantas datang ke kantorku untuk melamar menjadi ART-mu."
"Tapi Jim ---"
Rupanya Jim tidak mengindahkan kata-kataku. Ia sibuk memperkenalkan ART baru kami pada anak-anak, lalu menunjukkan ruangan demi ruangan kepadanya. Dan, langkah mereka berakhir di meja makan.
Apa yang kukhawatirkan akhirnya terjadi. Anak-anak begitu mudahnya akrab dengan perempuan itu, yang keseluruhan fisik dan wajahnya sangat mirip denganku.
"Sebagai perkenalan akan kusiapkan makan malam istimewa untuk kalian." Kudengar perempuan itu berkata, renyah. Sontak anak-anak bersorak gembira.
"Sekalian buatkan kami banana flambe, ya. Aku kepingin tahu apakah Anda, mm, boleh kupanggil Miss?, --- lebih mahir dari Mami soal mengolah dessert." Ann merespon kata-kata perempuan itu sembari melirikku sekilas.
Saat itu, sungguh, aku berharap Jim menegur kelakuan tidak sopan Ann dengan mengatakan hal-hal baik tentang diriku. Bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan ibunya ini dalam hal mengurus rumah tangga, termasuk menyiapkan makan malam.
Tapi Jim tidak melakukannya. Ia tidak mengatakan apa-apa pada Ann. Ia lebih memilih ikut larut dalam kegembiraan menyambut ART baru kami.