Ketika ia sudah terlelap di ranjangnya yang bersprei putih, seorang perempuan paruh baya mendekatiku.
"Terima kasih sudah membuatnya tenang. Anak saya mengalami gangguan jiwa sejak kekasihnya tewas dibunuh."
Aku mengangguk. Berita semacam ini sudah samgat sering aku dengar.
"Oh, ya. Boleh saya tahu siapa nama dokter?" Ibu itu bertanya pelan. Matanya tak surut memandangku.
"Nama saya Mira. M-i-r-a. Sebelum menjadi dokter spesialis gangguan jiwa di klinik terpencil ini, saya pernah menjadi penari."
"Pe-nari?"
""Ya, penari. Penari Tayub Selendang Rindu."
Mendadak wajah ibu paruh baya itu memucat pasi.
Tawaku pun memburai. Pecah.
***
Malang, 17 Juli 2021
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H