"Ma, pinjam pulse oximeternya, ya."
Begitu WA dari anak lanang, 3 hari lalu disertai hasil swab yang menyatakan dirinya positif terpapar Covid-19.
Sebagai ibu tentu saja saya sempat panik. Tapi kemudian saya sadar, menghadapi pasien, keluarga, atau teman yang terpapar Covid kita harus tetap tenang. Sebab jika ikut-ikutan panik, maka akan berpengaruh terhadap psikologis si pasien. Bisa-bisa si pasien bertambah down.
"Ma, aku ingin berobat." Ia mengirim pesan lagi. Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan anak lanang saat itu. Maka saya segera menelpon dan menanyakan kondisinya. Apakah ia mengalami demam, sesak napas, diare, atau gangguan penyerta Covid lainnya.Â
Alhamdulillah, anak lanang menjawab,"Aku nggak ngerasa demam, nggak sesak, Ma."
"Ok. Sampean hanya mengalami gejala ringan. Gak papa. Pasti segera sembuh."
"Tapi aku nggak bisa mencium bau apa-apa, Ma."
"Anosmia bisa dipulihkan. Tetap semangat, yaa."
Saya lantas mengirim pulse oximeter via gosend dan meminta ia segera mengecek saturasi oksigennya. Alhamdulillah lagi, hasil saturasi oksigennya bagus. Masih 98 persen.