Dan aku mendengar laki-laki pelanggan warung itu tertawa puas. Penuh kemenangan.
Lalu aku melihat kau pergi. Berlalu meninggalkan warung dengan langkah gontai. Membiarkan bunga-bunga di tanganmu jatuh, luruh berserakan di sepanjang lantai.
**
"Aurora!"
Aku mendengar sipir penjara berseru garang memanggilku. Seraya memukul berulang-ulang pintu jeruji besi dengan ujung anak kunci.
"Aurora!"
Sekali lagi kudengar teriakan sipir penjara memanggil namaku. Tapi aku geming, diam membisu. Pura-pura tidak mendengar suara apa pun di sekitarku.
"Saudari Aurora! Bisakah Anda jelaskan bagaimana cara Anda menghabisi nyawa laki-laki pelanggan warung itu?"
Terngiang kembali pertanyaan basi yang diajukan oleh Majelis Hakim di ruang sidang pengadilan itu.
Aku, Aurora. Tersenyum puas penuh kemenangan. Cukup itu saja. Tak perlu menjelaskan apa-apa.
"Aurora!"