"Jadi kapan kalian akan meresmikan pertunangan?" suara Yudiar membuatnya tersadar dari lamunan panjang. Entah sudah berapa lama penulis buku My life is My Choice itu duduk terpekur di sebelahnya.
"Bulan depan," Niswari menjawab singkat.
"Kau yakin dengan keputusanmu kali ini, Nis?" sekali lagi Yudiar menegaskan.
"Harus yakin!"
"Kalau gagal lagi?"
"Kalau gagal lagi aku memilih hidup sendiri," Niswari menyeruput sedikit kopinya yang sudah dingin. Yudiar mendesah. Ia tidak ingin bertanya apa-apa lagi. Meski ia tahu hatinya dirundung rasa kecewa yang amat dalam.
Angin senja berembus samar. Keheningan menyelinap di antara keduanya.
"Nis," tiba-tiba Yudiar menyentuhkan ujung jemarinya ke atas pundak Niswari.
"Ya?"Â
"Dalam waktu dekat aku akan melakukan operasi. Menjadi laki-laki tulen. Maukah kau menungguku dan menikah denganku?"
Seketika Niswari menumpahkan kopi yang diseruputnya.Â