Niswari akhirnya harus berani mengambil keputusan. Menerima pinangan Basuki. Lelaki berusia lebih dari lima puluh tahun yang sudah beristri dan memiliki anak.
Dan untuk itu ia harus belajar menebalkan kuping.
Orang yang pertama kali menunjukkan sikap tidak suka atas kenekatannya itu adalah Yudiar. Teman sesama penulis.
"Semoga keputusan ini bukan karena pelarian semata," Yudiar menghirup sigaret di tangannya, dalam-dalam. Lalu mengembuskan asapnya kuat-kuat seraya menatap lekat=lekat wajah Niswari yang sore itu terlihat semakin tirus.
"Diar. Kau tahu, tidak ada seorang pun yang bisa mempengaruhiku," Niswari menanggapi perkataan Yudiar setenang mungkin. Yudiar membuang puntung rokok yang masih panjang. Lalu menginjak-injaknya dengan ujung sepatunya.Â
"Aku menunggumu berubah pikiran, Nis," Yudiar berdiri. Menatap sejenak wajah Niswari yang tiba-tiba saja berubah murung.
***
Menjatuhkan pilihan yang menimbulkan kontroversi bukanlah hal yang mudah. Niswari butuh perenungan selama berminggu-minggu. Ia bahkan sempat merasa bersalah karena harus mengkhianati sumpahnya sendiri.
Ya. Sejauh ini Niswari memang pernah bersumpah. Bersumpah tidak akan pernah menikah dengan laki-laki yang sudah beristri. Ia trauma melihat betapa ibunya dulu sangat menderita akibat perbuatan ayahnya yang melakukan praktik poligami.
Sumpah itu dipegang teguh hingga usianya semakin bertambah. Kini Niswari bukanlah gadis remaja lagi. Ia telah tumbuh menjadi perempuan dewasa---terlalu dewasa malah. Usianya sudah merambah ke angka tiga puluh.
Sebenarnya tidak ada desakan atau tekanan dari siapa pun atas keputusan yang telah ia ambil. Niswari hanya merasa sudah lelah. Itu saja.