Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Suatu Siang di Benteng Jalur Perbatasan

19 Juni 2019   20:55 Diperbarui: 20 Juni 2019   02:56 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari perbincangan kalian--kau dan teman tentaramu itu. Kudengar kau selalu bertanya, kapan perang akan berakhir?" suara dari balik tembok terdengar lagi.

"Apakah kau juga seorang tentara?" aku bertanya seraya tersenyum. Entah mengapa hatiku mendadak berbunga-bunga.

"Aku terkena wajib militer, Laila."

Attaya.

Sejak siang itu aku semakin bersemangat mengantarkan makanan untuk para tentara yang berjaga-jaga di sepanjang benteng jalur perbatasan. 

Ya, benar. Itu supaya aku bisa lebih sering bercakap-cakap denganmu.

***

Siang itu--di akhir pekan bulan kesekian, suasana benar-benar genting. Tentara musuh membombardir habis-habisan wilayah kami dari segala mata penjuru. Untuk sementara Ibu melarangku berkeliaran di sekitar benteng. Meski berulang kali aku memohon.

"Tunggu sampai keadaan membaik, Laila," Ibu menegaskan.

"Tapi, Bu..."

"Kau tidak mengikuti berita hari ini, Laila? Ada dua tentara kita yang gugur di sekitar jalur perbatasan," Ibu menarik napas panjang. "Tapi untunglah situasinya berimbang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun