Selanjutnya pemandangan mengerikan itu tak terelakkan lagi. Tersaji begitu tiba-tiba di atas panggung. Penonton yang semula duduk tenang seketika berteriak histeris.Â
Dua buah pisau runcing dan tajam tertancap cukup dalam di sana.Â
Di kedua bola mata Dedy.Â
Membuat pesulap itu roboh tak sadarkan diri.
***
"Nasib Dedy Delusi sungguh sangat mengenaskan, Sherlick. Luka pada kedua matanya cukup serius. Dia harus dilarikan ke rumah sakit. Sementara pelaku pelemparan pisau yang diduga gadis bernama Alisa itu--lenyap tak berbekas. Polisi kehilangan jejak," suara Jhon terdengar penuh empati.
"Dalam kasus ini kita tidak boleh melihat hanya pada satu sisi saja, Jhon. Ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan," aku tersenyum. Melempar pandang ke luar jendela apartemen.
"Maksudmu?" Jhon mengernyit alis. Lalu buru-buru memekik. "Tunggu, Sherlick! Apakah kau mengetahui sesuatu berkenaan dengan gadis itu?" ia mulai menaruh curiga padaku.
Aku tertawa.
"Tentu saja, Jhon! Ah, kau ini memang payah. Coba ingat-ingat  kembali, sepupuku. Sore di mana pertunjukan sulap itu akan berlangsung, bukankah aku sempat menelponmu?"
Jhon terdiam sejenak.