Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Edelweis Biru

5 Februari 2019   09:38 Diperbarui: 5 Februari 2019   10:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:weheartit.com

"Duduklah dulu, Ra. Akan kuceritakan sesuatu kepadamu."

Aku menarik kursi. Menatap wajah Dokter Ilyas dengan pandang kian nanar.

"Kau siap mendengarku, Ra?"

"Please, Dokter. Segera ceritakan."

"Oke, satu tahun yang lalu aku bertugas di sebuah dusun terpencil di lereng Gunung Semeru. Suatu hari datang serombongan penduduk membawa seorang pendaki yang terluka. Dia mengalami cedera yang cukup parah. Tulang rusuknya patah dan terjadi pendarahan hebat di kepalanya. Aku berusaha menolongnya. Namun sayang usahaku tak membuahkan hasil. Nyawa pendaki itu tidak tertolong. Tapi sebelum dia menutup mata, pendaki itu sempat berbisik di telingaku. Edelweis biru untuk kekasihku, Ra."

Aku menangis mendengar cerita Dokter Ilyas. Aku yakin pendaki itu pasti Zer.

"Pendaki itu menggenggam dua foto di tangannya. Satu foto Edelweis dan satu lagi foto seorang gadis. Aku menyimpan kedua foto itu baik-baik. Berharap suatu hari aku bisa bertemu gadis bernama Ra itu dan menyerahkan foto Edelweis dari pendaki yang naas itu. Akhirnya harapanku terkabul. Kita bertemu di Rumah Sakit ini. Dari penuturan Nayla aku yakin bahwa kamu adalah Ra kekasih pendaki itu. Maafkan aku, Ra. Mungkin pemberitahuanku ini agak terlambat bagimu," Dokter Ilyas mengakhiri ceritanya.

"Terima kasih, Dokter. Aku lega bisa mengetahui keadaan Zer sesungguhnya. Selama ini aku sulit meyakini bahwa Zer sudah mati," aku menghapus airmata dengan ujung lengan kemejaku.

Nayla yang sejak tadi berdiri di sampingku mengelus lembut pundakku. Lalu membimbingku berdiri.

Sebelum meninggalkan ruang kerja Dokter Ilyas, tanpa sengaja mataku tertuju pada kaki dokter  muda itu.

Aku terperangah. Dokter muda itu---ia mengenakan sepatu gunung milik Zer!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun