Di manakah aku? Di rumah sakit?
Kukira tidak. Sebab aku tidak melihat dinding bercat putih. Tidak mencium bau obat-obatan. Aku hanya melihat dinding ruangan berwarna kelabu.
Tenggorokanku tiba-tiba terasa panas dan tercekat.
"Efek obat tidur membuatnya sangat pulas," samar telingaku menangkap suara berat itu. Suara Bram.
"Kau seharusnya tidak membawanya ke rumah ini, Bram. Itu sangat berbahaya," seseorang menimpali.
"Tapi, Ma. Aku kasihan padanya. Aku ingin menebus kejahatan yang dilakukan oleh..."
"Bisakah aku minta air minum?" aku berusaha duduk. Kedua orang yang sedang berbincang itu terkejut.
Tapi kukira akulah yang lebih terkejut. Sebab kulihat Bram, ia mengenakan seragam lengkap. Tanda kepangkatan dua balok emas tersemat gagah di pundaknya.
Bram seorang polisi!
Bersambung....
***