"Tidak Bram. Aku tidak mabuk. Aku hanya-- -ingin mati!"
***
Bram memapahku menuju mobil. Menyandarkan tubuhku yang lunglai di jok depan sebelah kiri. Lalu meraih sebuah bantal dan mengganjalkannya pada punggungku.
"Di hotel mana kau akan mengajakku tidur, Bram?"
"Kita akan ke dokter kenalanku, Aluna. Luka-luka pada tanganmu itu harus segera diobati. Setelahnya baru kita akan..."
"...bercumbu, bukan?"
"Tidurlah, Aluna. Jangan berpikir macam-macam," Bram menyentuh pipiku lalu menghidupkan mesin mobil.Â
Sejenak aku hilang. Sejenak tubuhku melayang. Sejenak hatiku tenggelam dalam kelam paling jahanam.
***
Saat terjaga, aku tidak bisa membedakan pergantian waktu. Apakah hari masih tengah malam ataukah sudah pagi. Yang kutahu, seluruh tubuhku terasa ngilu. Kedua telapak tangan yang terbalut perban sulit kugerakkan.
Aku membuka kedua mata yang masih terasa berat. Menyapu sekeliling ruangan yang terasa asing.