"Baiklah. Aku berjanji akan membantumu. Asal kau bersedia..."
Aku tersenyum getir. Menatap darah di tanganku yang tak juga kunjung berhenti.
"Asal aku bersedia melepaskan kancing-kancing kemejaku ini sekarang, Bram?" aku meliukkan tubuhku sedikit. Menarik tangan Bram dan meletakkannya di atas dadaku.
Bram tertawa.
"Tidak, Aluna. Tutup kembali kemejamu."
Aku tertegun. Bram-- ia menolakku?Â
Sesaat lamanya aku terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa.
Sampai kemudian tangan kekar itu menyentuh daguku. Â
"Aku datang kemari berniat membawamu pergi ke suatu tempat, Aluna."
"Oh, ya? Apakah itu hotel? Villa? Atau gubuk seperti yang pernah dilakukan oleh Mas Bayu untuk menyelamatkanku? Baiklah, Bram. Kau bisa membawaku ke mana saja, dan kapan saja. Sesukamu!"
"Kau mabuk berat Aluna."