Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Misteri Perempuan Palsu

23 November 2018   12:23 Diperbarui: 23 November 2018   12:58 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku baru saja memasukkan kayu bakar ke dalam tungku perapian, ketika Jhon membuka pintu apartemen dengan tergesa. Tanpa melepas topi dan jaketnya, ia mengempaskan diri di atas sofa dengan kasar.

Tidak biasanya Jhon bertindak seceroboh itu.

"Ada apa, Jhon? Mengapa kau lampiaskan kemarahan pada sofa yang tidak bersalah itu?" aku menegur.

"Sherlick, apa pendapatmu tentang perempuan palsu?" Jhon bergumam pelan.

"Bisa kau ulangi, Jhon?" aku mengernyit dahi, seraya menggerakkan kaki menuju meja di sudut ruangan. Menuang dua cangkir teh panas dari teko kecil berleher angsa.

"Perempuan palsu, Sherlick! Ini pasti kedengaran aneh," Jhon menerima cangkir teh yang kusodorkan.

"Kau harus menceritakan secara detil padaku, Jhon. Jangan sepenggal-sepenggal," aku menggeser kursi malas. Duduk menghadap ke arah jendela. Menatap jalanan yang sepi.

Kabut putih mulai turun. Diiringi gerimis yang samar-samar.

Sembari meniup teh di dalam cangkir supaya agak mendingin, aku menunggu Jhon menyampaikan sesuatu.

***

Jhon akhirnya buka suara. Aku mendengarkannya baik-baik.

"Aku mengenal Nona Lintar dari sosial media, Sherlick. Ia gadis muda dengan bakat menulis luar biasa. Meski memiliki keterbatasan," Jhon berhenti sejenak. Mengatur napas. "Pada awalnya hubungan kami baik-baik saja. Aku menganggap dia seperti adik sendiri. Aku melihatnya lebih kepada rasa kasihan. Dan sejauh ini kami berkomunikasi lewat Wharshapp. Perbincangan mengalir semestinya. Tapi semakin ke sini, aku merasakan ada kejanggalan. Kau tahu apa itu, Sherlick? Komunikasi mulai berbelok arah."

"Maksudmu?" aku mengincup hidungku sendiri. Kembali Jhon menarik napas panjang.

"Keceriaannya sebagai gadis remaja, Sherlick. Mendadak hilang. Ia berubah menjadi perempuan dewasa yang--menurutku agak berlebihan."

"Berlebihan bagaimana?"

"Cenderung posesif."

"Oh, rupanya dia mulai menyukaimu, Jhon. Jatuh cinta padamu!" aku tertawa.

"Kau benar Sherlick. Tapi..." Jhon tidak melanjutkan kalimatnya.

"Biar aku tebak, Jhon. Kau mulai curiga bahwa yang berkomunikasi denganmu bukan lagi Nona Lintar. Begitu?"

"Yup, tepat sekali, Sherlick!" Jhon menegakkan kepalanya.

Aku berdiri. Menepuk pundak sepupuku itu keras-keras.

"Tenanglah, Brother. Sore ini juga akan kita selidiki. Siapa sesungguhnya yang telah bermain di belakang Nona muda kenalanmu itu."

***

Aku mempelajari sekilas screenshot percakapan antara Jhon dan Nona Lintar melalui Whatshapp.

"Kau benar, Jhon. Gadis ini mencurigakan sekali," aku mengamati sekali lagi chating mereka yang paling akhir.

"Bisa kau sampaikan deduksimu, Sherlick?"

Aku mengangguk.

"Pertama, gadis itu memiliki keterbatasan pada penglihatannya. Ia berkaca mata minus cukup tebal. Setidaknya begitu yang kulihat dari foto profil dia. Kupikir dia butuh bantuan seseorang untuk bisa melakukan aktifitasnya. Semisal--berkomunikasi denganmu. Mengunggah balasan lewat layar ponsel hanya dalam waktu sekian detik? Oh, no! Itu pasti bukan dia."

"Lanjutkan Sherlick! Aku mulai menemukan titik terang!" Jhon menyela gembira.

"Kedua. Untuk gadis seusia dia--19 tahun, pembicaraannya terlalu matang. Kau tahu aku bertahun-tahun bergelut dengan anak-anak, Jhon. Jadi aku paham betul bagaimana cara bicara dan cara berpikir anak-anak seusia dia."

"Ketiga. Sangat tidak wajar gadis muda seperti dia, jatuh cinta pada lelaki seumuran dirimu--maaf. Apalagi sampai seposesif itu," aku merapikan piyamaku. " Ah, kukira sudah waktunya aku menelpon seseorang, Jhon!"

Buru-buru aku meraih ponselku yang sejak tadi kubiarkan tergeletak di atas meja.

***

Tidak terlalu sulit bagi Madame Sheryn mengabulkan permintaanku. Dalam waktu kurang dari satu jam, ia sudah mengirimkan informasi penting yang kubutuhkan.

"Kau mau ikut membaca e-mail yang dikirim Madame Sheryn, Jhon? Berkenaan dengan dugaan perempuan palsu itu," aku mengedikkan kepala sedikit. Jhon mengangguk

Beberapa lama kemudian kami berdua serius mengamati layar laptop. Raut wajah Jhon berubah drastis saat menyaksikan foto-foto yang dikirim oleh Madame Sheryn.

"Bagaimana, Jhon?" aku menoleh ke arah sepupuku itu.

"Ini sungguh mengejutkan Sherlick! Jadi selama ini yang berkomunikasi denganku adalah perempuan tua, hei--kenapa tidak disebutkan namanya di sini oleh temanmu itu, Sherlick?"

"Dia baru saja memberitahu kita, Jhon. Lihatlah apartemen di seberang jalan itu," aku membuka tirai jendela lebar-lebar. Dari jauh kami melihat seseorang melambaikan tangan seraya menunjukkan sederet angka-angka yang ditulis pada selembar kertas karton berukuran lebar.

4.20.25.11

Yup, kupikir Jhon sudah tahu sekarang. Siapa nama perempuan yang selama ini berada di belakang Nona Lintar.

***

Malang, 23 November 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun