"Aku mengenal Nona Lintar dari sosial media, Sherlick. Ia gadis muda dengan bakat menulis luar biasa. Meski memiliki keterbatasan," Jhon berhenti sejenak. Mengatur napas. "Pada awalnya hubungan kami baik-baik saja. Aku menganggap dia seperti adik sendiri. Aku melihatnya lebih kepada rasa kasihan. Dan sejauh ini kami berkomunikasi lewat Wharshapp. Perbincangan mengalir semestinya. Tapi semakin ke sini, aku merasakan ada kejanggalan. Kau tahu apa itu, Sherlick? Komunikasi mulai berbelok arah."
"Maksudmu?" aku mengincup hidungku sendiri. Kembali Jhon menarik napas panjang.
"Keceriaannya sebagai gadis remaja, Sherlick. Mendadak hilang. Ia berubah menjadi perempuan dewasa yang--menurutku agak berlebihan."
"Berlebihan bagaimana?"
"Cenderung posesif."
"Oh, rupanya dia mulai menyukaimu, Jhon. Jatuh cinta padamu!" aku tertawa.
"Kau benar Sherlick. Tapi..." Jhon tidak melanjutkan kalimatnya.
"Biar aku tebak, Jhon. Kau mulai curiga bahwa yang berkomunikasi denganmu bukan lagi Nona Lintar. Begitu?"
"Yup, tepat sekali, Sherlick!" Jhon menegakkan kepalanya.
Aku berdiri. Menepuk pundak sepupuku itu keras-keras.
"Tenanglah, Brother. Sore ini juga akan kita selidiki. Siapa sesungguhnya yang telah bermain di belakang Nona muda kenalanmu itu."