"Selamat pagi Ai!" terdengar suara renyah itu.
"Kau seharusnya tidak menelponku, Diar," aku menelan ludah.
"Tapi aku ingin melakukannya."
"Kau seharusnya fokus pada kepulanganmu."
"Hatiku meminta fokus padamu..."
"Jangan ngegombal!"
"Aku tidak ngegombal, Ai. Aku bersungguh-sungguh..."
Lalu perbincangan mengalir seperti air. Sampai sekitar tiga puluh menit kemudian, saat Diar pamit mengakhiri percakapan, aku teringat sesuatu.
"Diar, bagaimana kau bisa menghubungiku? Bukankah saat kau 'pulang', kami tidak menyertakan hp kesayanganmu?"
Wangi bunga kamboja tiba-tiba menguar. Merasuk ke dalam ruangan melalui jendela yang dibiarkan terbuka.
Di ambang pintu kamar, kulihat Ibu murung menatapku.