Ra mengikuti.
Dan benarlah. Ia melihat wajah Matahari lain itu. Sama persis dengan dirinya. Bagai pinang dibelah dua.
Ra terharu. Keinginan terbesarnya sudah terpenuhi. Ia benar-benar telah bertemu Matahari lain.
Hari hampir senja. Ketika Ra juga melihat Matahari lain yang berada di dalam telaga mulai meredup. Seperti dirinya.
"Kau? Kenapa kau sama lemahnya sepertiku? Padahal aku sempat berharap kau bisa membantuku mengalahkan ular-ular kobra di langit saat hari menjelang senja seperti ini," Ra berkata kecewa.
Belibis yang terbang merendah kembali tertawa.
"Sekarang pulanglah. Semua mencemaskanmu. Tak ada yang bisa kau lakukan lagi di sini," Belibis mengepakkan sayapnya berulang kali.Â
Ra termangu.
"Lalu bagaimana nasib Matahari lain ini? Apakah ia juga akan mati melawan ular-ular jingga di langit senja?" Ra mengingsutkan tubuhnya sedikit.
"Pulanglah! Tanyakan saja hal itu pada Tefnut. Ia pasti tahu!"
Ra tak ingin membuang waktu. Segera ia melesat pergi menuju rumah.