Ryan berjalan terburu menuju toilet yang terletak di bagian ujung gedung pertemuan. Dikuncinya pintu rapat-rapat. Lalu dihirupnya napas dalam-dalam.
Gugup ia meraih ponsel dari dalam saku celananya.
"Bram, aku mundur dari penyamaran gila ini!" serunya bersungguh-sungguh.
"Kenapa, Bro? Ada masalah?"
"Ini tidak sesederhana yang kupikirkan, Bram. Mereka meminta aku memaparkan program kerja. Program kerja apa-an? Suer, aku tidak tahu apa-apa!"
"Oh, itu. Don't worry,be happy, Bro. Dua Baginda di sampingmu itu pasti siap membantu."
"Maksudmu?"
"Ikuti saja titah mereka. Pasti beres."
Ryan ingin memprotes. Tapi ponselnya mendadak mati. Lowbat.
Bersamaan itu terdengar seseorang mengetuk pintu.
"Mas Bagas, audience sudah tidak sabar lagi menunggu pidato Anda."