Kembali dua Baginda mengapit lengannya. Mereka berjalan berdampingan menuju tempat duduk VIP yang sudah disediakan oleh panitia. Berpasang-pasang mata kini tertuju kepada mereka. Ryan menjadi rikuh dan salah tingkah.
"Sudah siap menyampaikan program kerja, Mas Bagas?" pembawa acara datang menghampiri. Ryan tergagap. Ia nyaris menggeleng. Tapi kedua Baginda terburu mengangguk.
"Tentu saja ia sudah sangat---sangat siap sekali," pria berwibawa mengambil alih menjawab dengan suara mantap.
"Baiklah. Acara sebentar lagi dimulai. Mas Bagas boleh mempersiapkan diri." Pembawa acara itu mengangguk dan tersenyum ramah.
Tapi di mata Ryan senyum ramah itu tetiba saja berubah menjadi semacam seringai.
***
"Dad, boleh aku pamit ke kamar kecil sebentar?" Ryan memberanikan diri menatap pria berwibawa yang duduk tegap di sebelah kanannya.
"Tidak bisa ditangguhkan, Nak?" suara Baginda nyaris tak terdengar.
"Tidak bisa, Dad. Ini efek terlalu banyak minum dan juga dinginnya ruangan ber-AC ini," Ryan mengemukakan alasan. Pria berwibawa itu akhirnya mengangguk.
"Perlu Mom antar, tidak?" perempuan matang di sampingnya berdiri.
"Tidak usah, Mom. Thank's...."