"Baru pulang merias, Mbak Ning?" Rusdi menegur sapa.
"Iya, Mas Rusdi."
"Wah, saya tadi sempat kaget. Ada mobil ambulan turun di dekat pagar rumah Mbak Ningsih. Saya pikir ada yang sakit."
"Mobil ambulan?" Ningsih mengernyit alis.
"Iya, Mbak. Mobil yang barusan menurunkan Mbak Ning itu."
Seketika rasa kantuk Ningsih menghilang. Berganti dengan bulu kuduk yang meremang.
"Oh, ya, Mbak. Tadi sore ada kecelakaan hebat di jalan raya arah menuju perumahan baru itu. Satu keluarga tewas. Termasuk calon pengantin wanita yang sedianya mau berangkat berias...."
"Perumahan baru yang masih sedikit penghuninya itu, Mas Rusdi?"
Rusdi mengangguk.
Ningsih bergidik. Ia tidak ingin bertanya apa-apa lagi. Ia hanya ingin segera masuk ke dalam rumah dan meringkuk di balik selimutnya.
Sampai di kamar, tanpa sengaja tangannya menyentuh segepok uang yang diterimanya dari laki-laki setengah umur tadi. Agak gemetar Ningsih mengeluarkannya dari dalam tas. Dan ia menahan napas.