Dari pengakuan istrinya itu, Nyoman Sukrawan semakin yakin bahwa dia terinfeksi virus HIV. Laki-laki itu sepertinya mengidap hipokondria, ketakutan berlebihan terhadap suatu penyakit. Itulah sebabnya terjadi pertengkaran hebat saat ia dirawat di Rumah Sakit. Kebetulan saat itu kita juga sedang berada di sana. Ketika kamu opname itu, Jansen.
Ketika kalian mengajakku untuk mengejar laki-laki yang wajahnya tertutup selendang itu, aku sebenarnya sudah mengetahui identitasnya. Karena sejak awal memang akulah yang menyuruh agar Ni Kadek menyamar sebagai laki-laki. Demi keselamatan dia dari kejaran Julian yang tidak pernah berhenti."
Bapa Made menyudahi kisahnya. Ia kembali menghela napas.
"Sekarang kamu sudah mengetahui semuanya, Nak. Pencarianmu sudah berakhir," Bapa Made menatapku tak berkedip.
Aku diam termangu.
Jam berkunjung telah habis. Seorang petugas menghampiri kami. Petugas itu memberi isyarat dengan anggukan kecil. Â Kami paham, kami harus segera mengakhiri pertemuan dengan Ibu.
Sebelum pergi mengikuti petugas meninggalkan ruangan, Ibu berdiri dan menatap Bapa Made sesaat.
"Bli, aku memutuskan untuk berpisah dari Nyoman Sukrawan. Aku tidak bisa hidup dalam kecurigaan terus menerus," suara Ibu tercekat.
"Aku menghargai keputusanmu, Ni. Maafkan atas saranku dulu. Ternyata menikah lagi tidak membuatmu bahagia," Bapa Made membalas tatapan Ibu.
"Ini sudah takdirku, Bli. Aku banyak berhutang budi padamu....
***