Dadaku berdesir. Punggung tangan lelaki itu terasa hangat. Membuat wajahku seketika memerah.
Buru-buru kutarik kembali jemariku.
“Boleh aku istirahat di kamar?” aku berdiri. Menatap Ibu sejenak. Ibu mengangguk. Lelaki di samping Ibu juga ikut mengangguk.
Di dalam kamar kuhempas tubuhku. Kupeluk bantal erat-erat.
Ya, Tuhan...ada apa dengan perasaanku?
***
Di depan cermin aku mengumpat diriku sendiri. Sungguh memalukan! Di hadapan ayah baru, mengapa aku begitu salah tingkah?
Seperti yang baru saja terjadi. Ketika Ibu memintaku untuk menyuguhkan kopi, tanganku gemetar. Dan cangkir kopi terguling di atas meja. Isinya tumpah ke mana-mana. Hanya gegara senyum pria itu!
Untunglah Ibu tidak mencurigaiku.
“Ayu, kamu lelah, ya? Istirahatlah,” Ibu mengelus lembut pundakku. Terpaksa aku mengangguk. Sementara, lelaki gagah itu terlihat asyik membaca koran. Tapi aku tahu, ia mendengarkan percakapan kami.
“Bu, Ayu pamit mengerjakan tugas sekolah, ya....Besok dikumpulkan,” aku berusaha mencari alasan. Tanpa menunggu jawaban aku bergegas menuju kamarku.