Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Kopi dan Senyum Mati

31 Januari 2016   08:54 Diperbarui: 31 Januari 2016   11:41 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa? Dokter heran karena kami tidak ikut mati?" tanyaku santai. Dokter itu terdiam.

***

Polisi menangkapku. Aku dinyatakan sebagai tersangka tunggal atas kematian Kiera. Aku dituduh sengaja membubuhkan racun pada kopi yang diminum Kiera hingga menewaskannya. Ini pembunuhan berencana! Begitu menurut mereka. Sungguh, aku tak berkutik lagi. Apalagi mengelak dari tuduhan keji itu.

Kini hampir semua mata tertuju ke arahku.

"Perempuan bangsat! Kau pembunuh anakku!" seorang laki-laki paruh baya meludahi wajahku. Polisi menarik lengan laki-laki itu dan membawanya menjauh dariku. Laki-laki itu meronta dengan kalap. Ia melontarkan makian beraneka nama binatang yang ditujukan padaku.

Aku tak bergeming.

"Dia benar-benar pembunuh berdarah dingin," seseorang berbisik, tertangkap oleh telingaku. Aku tersenyum tipis.

Para kuli tinta mengepungku. Membidikkan kamera berulang kali ke arah wajahku. Wajah yang menurut mereka cantik. Wajah yang tak pantas dimiliki oleh seorang pembunuh.

Itu jika memang benar aku ini seorang pembunuh.

 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun