"Tapi dia sangat disegani oleh seluruh penghuni hutan ini," Kerbau berkata pelan. Ia khawatir suaranya didengar oleh anak buah si Raja Hutan.
"Huh, itu karena si Harimau masih punya taring. Coba kalau dia sudah ompong!" cibir burung gelatik. Kerbau terdiam. Ia kembali menggerak-gerakkan ekornya.
"Setiap mahluk hidup saling membutuhkan. Kita tidak boleh memandang rendah satu sama lain. Satwa lain menganggapmu bodoh, tapi aku tidak!" bebek betina menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Menurutku, justru yang tidak tampak oleh mereka itulah kelebihanmu. Kau tidak pernah memamerkan jasa-jasamu. Prinsipmu hanya kerja, kerja dan kerja!" burung gelatik menimpali.
"Eh, ngomong-ngomong, biar kubersihkan kutu di punggungmu ini ya...," burung gelatik mulai mematuki kutu-kutu yang bersarang di punggung Kerbau.
"Silakan, sobatku, bersihkan sepuas hatimu," si Kerbau merendahkan punggungnya.
Siang itu tampak suatu pemandangan yang menarik. Seekor Kerbau, seekor bebek betina, dan seekor burung gelatik asyik bercakap-cakap menghabiskan waktu di tepi sungai menunggu senja tiba.
Â
***
Malang,07 November 2015
*NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community (http://m.kompasiana.com/androgini )