Lilik Fatimah Azzahra, No.116
Siang itu matahari bersinar sangat terik. Beberapa satwa tengah berkumpul di bawah pohon beringin yang rindang. Harimau si Raja Hutan duduk bersila dengan pongahnya. Nyinyit si Monyet lucu tampak wira-wiri bergelantungan pada akar pohon yang berjuntai. Seekor ular duduk melingkar sembari menjulur-julurkan lidahnya yang bercabang. Sementara induk Kelinci sibuk menenangkan anak-anaknya yang berlarian tak tentu arah.Â
"Baginda Raja Hutan, ada apa gerangan Anda mengumpulkan kami di tempat ini?" tanya Jerapah sembari merendahkan lehernya yang panjang. Harimau mengaum.
"Seperti biasa, aku ingin mengetahui perkembangan keahlian kalian!" seru Harimau lantang. Para satwa saling berpandangan.
"Dimulai dari Gajah, sebutkan keahlianmu!" Harimau menatap Gajah dengan wajah garang.
"Saya semakin mahir bermain bola, Tuanku. Sepak Bola Gajah saat ini sedang ngetrend...," sahut Gajah dengan senyum sumringah.
"Bagus! Sekarang giliranmu, Kancil," Harimau beralih menatap Kancil yang duduk di sebelahnya.
"Oh, kalau saya jangan diragukan lagi. Soal kecerdikan masih menjadi keahlian saya. Banyak manusia yang berguru kepada saya, Baginda," Kancil membusungkan dada dengan bangga.
"Mantap! Bagaimana dengan dirimu, Buaya?"
"Saya masih ahli mencaplok, Tuanku. Caplok sana, caplok sini. Untuk yang satu ini saya tak pandang bulu. Bahkan seekor cicak pun akan saya caplok meski dia bukan tandingan saya, hehehe...." Buaya terkekeh.
"Sip! Dan kamu Ular?"