"Ibu dan Mbak yang lagi marah, silakan duduk dulu," saya mempersilakan kedua tamu saya yang lagi panas membara itu.
"Ibu dan Mbak yang lagi marah, maaf saya gantian bicara. Anda berdua nggak salah labrak nih?" tanya saya tenang. Kedua tamu saya saling berpandangan.
"Tapi nama situ benar Lilik kan?" sang ibu mulai terlihat was-was.
"Benar, Bu. Nama saya Lilik. Lengkapanya Lilik Fatimah Azzahra," saya sengaja menekankan nada suara saya.
"Loh, Ma, yang kita cari kan Lilik Saodah...," sang anak gadis berbisik menyenggol lengan ibunya.
"Jadi kita salah orang ya?" sang ibu balik menyenggol lengan putrinya.
Kontan wajah kedua tamu saya berubah. Dari kecut masam ke manis manggis.
"Aduh, maaf ya Bu Lilik, kita salah orang. Sekali lagi maaf kami sudah marah-marah sama ibu. Jadi malu, nih," sang ibu berdiri diikuti anak gadisnya. Buru-buru keduanya pamit ngacir entah kemana.
Tuh, kan. Gara-gara nama yang sama, nggak ikut makan nangkanya jadi terkena getahnya....
2.Hidung saya dikira palsu
Ini peristiwa yang lebih konyol lagi. Ceritanya begini. Suatu pagi saya belanja ke pasar terdekat bersama anak perempuan saya. Karena pas berangkat belum sarapan, anak saya mengajak untuk mampir dulu di warung. Khawatir pingsan di pasar karena lapar, ya, saya turuti saja keinginan anak saya itu.