Setelah didapatkan sampel enzim fibrinolitik, saatnya mengidentifikasi berat molekul dan aktivitas enzim dari sampel tersebut. Uji yang digunakan untuk menentukan berat molekul dari enzim yang diekstraksi adalah uji menggunakan SDS-PAGE atau Sodium Dodecyl Sulfate -- Polyacrylamide Gel Electrophoresis.Â
Gel yang digunakan mengandung 12% acrylamide dan marker LMW (Low Molecular Weight). Buffer yang digunakan sama dengan proses zimogram, yaitu menggunakan buffer 2-mercaptoethanol. Di dalam larutan buffer tersebut, gel dilewati perlakuan panas selama 3 sampai 5 menti pada suhu 95oC.Â
Pada setiap well dimasukkan sampel sebesar 10 L dan dilakukan elektroforesis selama 1.5 jam dengan kekuatan 100 Volt dan 50 Ampere. Hasil akhirnya akan divisualisasikan menggunakan pewarna CBB R-250. Metode ini juga dapat menganalisis aktivitas enzim fibrinolitik dengan memanfaatkan hidrolisis fibrinogen.Â
Enzim yang telah dipurifikasi diambil sebanyak 0.02 g dan dicampurkan dengan 2 mg fibrinogen dalam 500 L Tris-HCl 20 mM pada pH 8. Campuran tersebut diinkubasi di suhu 37oC selama 0 hingga 90 menit dan diambil 20 L sampel per 15 menit dan dianalisis dengan SDS-PAGE (Johnson et al. 2015).
Meskipun telah dilakukan analisis aktivitas enzim fibrinolitik menggunakan SDS-PAGE, untuk mengkonfirmasi, digunakan metode lain, yaitu fibrin plate assay. Pengujian ini memanfaatkan media agar berisi 2% w/v agarose, 0.1 mL 100 NIH thrombin, dan 7 mL fibrinogen 0.3% w/v dalam 50mM buffer fosfat pH 7.8. Sebanyak 10 L sampel dituang ke dalam agar dan diikubasi selama 3 jam pada suhu 37oC. Hasilnya ditunjukkan dari terbentuknya zona bening pada media (Johnson et al. 2015).
Dari berbagai macam langkah yang telah dilakukan, dihasilkan bahwa enzim fibrinolitik yang diinkubasi dari nira dan tuak aren, terdapat salah satu strain yang dapat dimanfaatkan sebagai produksi enzim fibrinolitik, yaitu strain T2 dari tuak aren. Berat molekul enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh tuak aren cukup kecil, yaitu sekitar 26 hingga 28 kDa.Â
Enzim fibrinolitik yang diekstraksi dapat digunakan sebagai sumber pangan fungsional. Terutama, enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut termasuk dalam kategori mikroorganisme GRAS atau Generally Recognized as Safe, artinya mikroorganisme tersebut umumnya tergolong sebagai mikroorganisme yang tidak berbahaya.Â
Jika diekstraksi, enzim fibrinolitik dapat digunakan menjadi oabt -- obatan atau bahan tambahan pangan (Johnson et al. 2015). Terdapat juga penelitian menggunakan enzim fibrinolitik sebagai terapi anti-trombosis untuk menghindari komplikasi seperti, pendarahan, penggumpalan darah, dan alergi yang kadangkala terjadi akibat efek samping dari pengobatan trombosis pada umumnya (Altaf et al. 2021).
Ternyata menarik banget ya dari minuman fermentasi khas Indonesia, tuak aren, meskipun beralkohol tapi memiliki khasiat di dalamnya karena mengandung enzim fibrinolitik. Terutama enzim tersebut bisa diekstraksi dan dipurifikasi untuk membentuk inovasi -- inovasi produk baru yang khususnya bertujuan untuk kesehatan karena efeknya yang dapat mencegah pembekuan darah di pembuluh darah arteri. Â
Sumber:
Altaf F, Wu S, Kasim V. 2021. Role of fibrinolytic enzymes in anti-thrombosis therapy. Frontier in Moleculer Biosciences. 8(680397): 1 -- 17.