Mohon tunggu...
erlangga satria
erlangga satria Mohon Tunggu... -

pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Usulan Pelayanan Moda Transportasi Kereta Api

29 Agustus 2014   08:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:12 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usulan Pelayanan Moda Transportasi Kereta Api Jarak Jauh Adaptasi Dari Pelayanan Moda Transportasi Bus Jarak Jauh.

Ilmu manajemen terus berkembang, bahkan dengan kecepatan perubahan teknologi dan bidang-bidang ilmu kemasyarakatan lainnya, munculah disipilin ilmu manajemen perbuhanan. Perusahaan-perusahaan akan bisa berkembang jika dapat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Perubahan-perubahan yang telah terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) (PT. KAI)

Sejauh yang diketahui penulis, sudah ada beberapa perubahan yang patut diapresiasi sebagai perbaikan pelayanan kepada masyarakat pecinta moda roda besi ini. Berikut adalah inovasi yang paling mencolok di mata konsumen.


  1. Reservasi online
  2. Sterilisasi area peron stasiun
  3. Kecocokan identitas dan tiket penumpang


Tujuan

Usulan program layanan kereta api ini penulis tawarkan kepada jajaran pimpinan PT KAI, Departemen Perhubungan dan Pemerintah, yang bertujuan untuk:


  1. Program dapat meningkatkan aspek keamanan kereta api.
  2. Meningkatkan kenyamanan.
  3. Alternatif pengawasan internal di kereta api.
  4. Peningkatan pelayanan diharapkan meningklatkan persepsi kepuasan konsumen sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.


Analisis Transportasi Bus Jarak Jauh

Alur proses dari transportasi bus jarak jauh pada umumnya melalui tahapan sebagai berikut:


  1. Pemesanan atau pembelian tiket oleh penumpang di agen yang ditunjuk.
  2. Persiapan kendaraan oleh awak bus.
  3. Penumpang naik dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan tiket sebelum naik.
  4. Perjalanan dengan penumpang menempati tempat duduknya masing-masing yang telah diberi nomor.
  5. Kendaraan berhenti sejenak di beberapa pos istirahat atau pemeriksaan oleh staf kantor.
  6. Pemeriksaan oleh petugas dilakukan dengan melakukan perhitungan penumpang apakah sesuai laporan tiket yang terjual. Penumpang tidak diperiksa tiketnya sehingga tidak merasa terganggu, adapun pertanyaan biasanya menanyakan apakah anak kecil yang dibawa membeli tempat duduk sendiri atau tidak.
  7. Perjalanan dilanjutkan kembali dan penumpang turun ketika kendaraan sampai tempat tujuan.


Agar lebih sederhana maka akan diberikan analisis sederhana mengenai transportasi ini dipandang dari tiga aspek. Aspek-aspek tersebut dan pembahasanya adalah:

Aspek Keamanan

Moda transportasi bus memiliki area tempat duduk dan ruang gerak yang terbatas. Satu bus dapat menampung hingga 50 orang yang masing-masing sudah memiliki tempat duduknya masing-masing. Area gerak berada di tengah bus sebagai jalur pergerakan penumpang menuju tempat duduknya. Dari awal sampai akhir perjalanan orang yang naik dan turun dapat terawasi oleh penumpang dan awak bus, baik itu sopir atau kondektur. Akses orang yang tidak mengikuti perjalanan sangat terbatas. Penumpang dapat merasa aman selama perjalanan. Mereka hanya perlu lebih awas saat kendaraan berhenti (satu atau dua kali) untuk istirahat.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Area terbatas dengan pengawasan yang jelas.
  • Orang asing tidak dapat keluar masuk saat perjalanan.


Aspek Kenyamanan

Selama perjalanan penumpang dapat beristirahat dengan nyaman atau sekedar ngobrol dengan teman perjalanan. Tidak ada gangguan dari penjaja makanan atau pemeriksaan tiket. Area bus yang terbatas dan pintu masuk saat kendaraan berjalanan menjadi kewenangan kondektur, membuat perasaaan nyaman tidak ada kemungkinan orang asing masuk dan keluar tanpa tujuan yang jelas. Penumpang juga memiliki saluran untuk bertanya informasi dan menyampaikan keluhan kepada kondektur atau sopir mengenai permasalahan yang terjadi selama perjalanan.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Tidak ada gangguan selama perjalanan dari petugas pemeriksaan.
  • Nyaman tanpa gangguan orang asing.
  • Ada awak kendaraan yang bertanggung jawab.


Aspek Kepastian

Aspek kepastian yang diberikan moda ini adalah adanya kepastian orang yang bertanggung jawab dan yang patut dimintai informasi dan keluhan selama perjalanan panjang tersebut. Bahkan penumpang seringkali dapat meminta bantuan untuk mengingatkan jika tertidur atau tidak tahu posisi tujuannya. Kepastian yang lain adalah jumlah dan siapakah penumpang, darimana asalnya dan hendak turun di mana. Kepastian tidak adanya orang asing masuk keluar selama perjalanan. Kepastian tempat berhenti dan istirahat ke kamar kecil atau makan besar.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Kepastian petugas yang bertanggung jawab.
  • Kepastian manifest (daftar penumpang).


Analisis Transportasi Kereta Api

Secara umum alur proses pada transportasi kereta ekonomi adalah sebagai berikut:


  1. Penumpang memesan tiket, tertera nama penumpang, nama kereta, no gerbong dan tempat duduk
  2. Persiapan kereta api oleh petugas di stasiun pemberangkatan.
  3. Penumpang naik kereta dan menempati tempat duduknya masing-masing.
  4. Pemeriksaan tiket penumpang, dahulu bisa satu sampai tiga kali oleh kondektur kereta.
  5. Penumpang turun di stasiun tujuan.


Untuk melakukan peningkatan pelayanan, maka dilakukan analisis dengan aspek-aspek sebagaimana yang telah dilakukan pada moda transportas bus.

Aspek Keamanan

Penumpang masuk ke dalam kereta yang panjang. Area ini begitu luas dari gerbong terdepan sampai gerbong paling belakang yang biasanya mencapai jumlah 8 gerbong penumpang, 1 gerbong restorasi dan 1 gerbong pembangkit. Petugas yang memiliki wewenang atas kemanan gerbong diketahui adalah polsuska meski begitu penumpang tidak tahu siapa yang bertanggung jawab karena sering kali tidak ada di gerbong. Petugas ini tersebar di beberapa gerbong. Penumpang tidak tahu informasi dimana persisnya untuk menghubungi petugas ini. Orang asing dapat leluasa keluar masuk tanpa verifikasi yang berwenang saat kereta berhenti di stasiun atau persimpangan.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Area luas pengawasan kurang.
  • Petugas bisa jadi tidak berada di area penumpang.
  • Pintu yang bebas tanpa ada yang bertanggung jawab, orang asing yang mampu menerobos area steril stasiun atau di persimpangan leluasa keluar masuk di pintu yang kebetulan tidak dikunci.


Aspek Kenyamanan

Aspek kemanan yang kurang membuat penumpang kurang merasa nyaman. Gangguan petugas tiket yang kadang membangunkan penumpang dari istirahatnya untuk memeriksa tiket membuat aspek kenyamanan juga menurun kualitasnya. Terdapat tempat buang hajar dan petugas kebersihan memberikan poin kenyamanan, termasuk juga penyewaan bantal untuk istirahat. Seringkali penumpang terutama kelas non eksekutif akan naik di gerbong tujuan pintunya terkunci sehingga mengandalkan bantuan dari kesukarelaan penumpang yang kebetulan dekat pintu dan melihat.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Keamanan kurang nyaman.
  • Adanya gangguan dari penjaja makanan dan petugas pemeriksa.
  • Adanya penjaja makanan bagi sebagian orang menimbulkan kenyamanan.
  • Ada toilet dan penyewaan bantal.
  • Petugas kebersihan di kereta (OTC) memberikan kenyamanan dan kebersihan.
  • Saat akan naik pintu tidak dijaga (terkait juga dengan aspek keamanaan di atas) dan kadang pintu masih terkunci dan terpaksa masuk dari gerbong lain atau mengandalkan kesukarelaan dari petugas atau penumpang yang kebetulan melihat.


Aspek Kepastian

Pada kereta kelas selain eksekutif biasanya tidak terdapat kejelasan siapa yang bertanggung jawab terhadap kemanan gerbong yang ditempati penumpang. Tidak ada penumpang yang tahu gerbong tertentu diawasi oleh petugas tertentu yang bertanggung jawab.

Dahulu pemeriksaan tiket terkadang tidak dilakukan kepada semua penumpang dan kemungkinan salam tempel memberikan ketidak-adilan dan ketidak-disiplinan, saat ini permasalahan ini terlihat sudah teratasi.

Proses pemeriksaan tiket bagi penulis juga mengindikasikan manifest atau daftar penumpang tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh PT. KAI, padahal begitu penting terutama jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi semisal terjadi kecelakaan. Proses pemeriksaan tidak dilakukan atas kecocokan daftar dan penumpang yang ada, tetapi pemeriksaan atas individu-individu penumpang yang seolah acak. Kenapa penulis katakan demikian karena dekade ini semua sudah serba online dimana di tiket kereta pun sebenarnya sudah ada kode qr untuk pengindraan kode melalu aplikasi pintar dan sungguh keterlaluan jika petugas pemeriksa tidak update pemeriksaan secara online pula, padahal ponsel atau tab begitu murahnya di bawah 1 juta rupiah.

Dari pengalaman penulis dapat penulis simpulkan PT KAI tidak tahu persis siapa saja yang jadi naik dan tidak jadi berangkat dikarenakan pemeriksaan hanya cek fisik tiket dari gerbang pemberangkatan ataupun di atas kereta, tidak sekalipun penulis lihat pembacaan kode qr tiket atau ceklist daftar penumpang yang hadir.

Dari pengalaman terakhir penulis pada pulang mudik lebaran 2014 ini, asisten kondektur mencatat sesuatu pada kertas tapi sekilas penulis yakin, yang penulis lihat bukan ceklist nama penumpang, penulis hanya ditanya stasiun tujuan yang mana memang bukan tempat pemberhentian akhir dan kondektur yang melihat nama penumpang tidak memberi tahu kepada asisten nama penumpang yang diperiksa. Kita semua maklum tidak semua tiket yang dibeli dan tidak dibatalkan itu jadi berangkat, bisa saja terjadi penundaan pemberangkatan oleh penumpang karena sesuatu yang mendadak dan manifest yang tidak akurat akan sangat mengganggu saat sesuatu yang darurat terjadi.

Dari pengalaman penulis yang turun di stasiun bukan stasiun akhir, penulis tidak bisa meminta tolong kepada petugas atau malah tidak ada peringatan dari petugas padahal ini terlihat dalam manifest, apalagi perjalanan malam kadang tidak jelas posisi kereta sudah berada di mana, untungnya penulis mengandalkan ponsel ber GPS (tentu saja ponsel di bawah satu jutaan sekarang pun sudah ada GPSnya) dan bisa terus update lokasi dan dapat turun tanpa terlewat.

Meskipun kereta yang penulis pakai adalah kereta Taksaka Malam berkelas eksekutif tapi di kereta tidak ada display layar posisi sekarang dimana dan akan menuju stasiun apa, terlebih lagi petugas yang digerbong pun menghilang entah kemana.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebarapa poin berikut:


  • Tidak ada kepastian petugas yang bertanggung-jawab dengan penumpang langsung (kecuali masinis di ruang kemudi) jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Dahulu sebelum reservasi online Manifest tidak ada, alhamdulillah sekarang ada, meski penulis belum merasakan PT KAI memiliki data update saat kereta sudah berjalan, atau masih dapat dikatakan daftar calon penumpang.
  • Penumpang tidak tahu posisi lokasi kereta.


*

Usulan Inovasi Layanan

Sedikit mengingatkan pada masa-masa kelam perkereta-apian kelas ekonomi di masa-masa saya melakukan studi di Jakarta sejak tahun 2006. Kereta solo-jakarta bagaikan tempat dimana hukum rimba berlaku, tidak ada aturan sama sekali, pengamen berkelompok mengintimidasi penumpang secara bergantian, colak colek di bagian wajah yang merupakan ketidaksopanan dan intimidasi itu biasa penulis terima dari pengamen tersebut, belum lagi penumpang-penumpang dari stasiun awal yang menggunakan tempat duduk lebih dari satu untuk tidur. Penulis tidak tahu pasti, dari rumor gosip yang beredar ada salah satu awak kereta yang meninggal karena pihak luar, saat itulah polsuska begitu mencolok terlihat oleh penumpang dan benar-benar saat itu bersih dari para begundal jalanan berkedok pengamen.

Penulis mengapresiasi perubahan tentang sterilisasi stasiun. Mungkin ide ini juga mengubah kebiasaan pengantar yang melambaikan tangan dari luar kereta di dalam peron stasiun. Masalah yang sudah terbiasa mungkin akan tidak lagi dianggap masalah, hanya dengan membandingkannya dengan standar yang lebih baik, misal membandingkan dengan keamanaan pesawat terbang, baru akan terlihat. Penulis mendapatkan sebuah pelajaran dari Prof. Reinald Kasali di sebuah kelas manajemen perubahan, bahwa salah satu cara untuk menunjukan bahwa ada masalah kebersihan toilet, yang berkepentingan perlu diajak ke hotel berbintang dan menggunakan toiletnya.

Pembatasan Area

Dari beberapa analisis, penulis menyimpulkan adanya poin penting sehingga diperlukan pembatasan area. Meski mungkin dengan dibatasi membuat orang berceletuk gerbong panjang itu yang menjadikan itu dinamakan kereta, kebiasaan dari beberapa dekade dan juga orang-orang yang bekerja di kereta biasanya loyal dan penuh kecintaan sehingga sedikit yang pernah bekerja di moda transportasi lain seperti airline atau bus.

Pembatasan area ini memiliki keunggulan yang memungkinkan kelemahan-kelemahan keamanan, kenyamanan dan kepastian dapat diatasi. Pembatasan area yang diusulkan disini adalah dilakukannya penguncian pintu antar gerbong dengan jarak dua-dua. Dapat dilihat pada gambar berikut:

Selain pintu antar gerbong, dilakukan juga penguncian pintu masuk pada pintu yang dekat dengan lokasi penguncian antar gerbong sehingga akses keluar masuk adalah pintu yang dekat dengan pintu antar gerbong tidak dilakukan penguncian. Pintu masuk yang terbuka diberi tanda lampu tertentu agar calon penumpang dapat mengetahui pintu masuk. Penguncian pintu antar gerbong menggunakan penguncian otomatis, sehingga masih dapat dilalui oleh petugas yang berwenang menggunakan ID card ataupun jika penumpang dapat melalui menggunakan pembacaan qcr tiket.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Pintu antar gerbong dikunci otomatis tiap dua gerbong.
  • Pintu otomatis dapat terbuka dengan ID card petugas sehingga masih bisa dilalui oleh petugas yang berwenang atau qcr tiket penumpang.
  • Pintu masuk dikonsentrasikan di sambungan gerbong yang tidak dikunci. Pintu diberikan lampu khusus agar membedakan dengan pintu yang tertutup. Pintu tertutup dapat digunakan untuk turun penumpang.


Petugas Kemanan, Manifest dan Pemeriksaan

Beberapa petugas keamanan di beberapa perusahaan saat ini lebih diberdayakan dengan penugasan tambahan sebagai front-liner. Petugas keamanan tidak hanya menjaga keamanan tetapi sebagai garis depan, menyambut konsumen, menanyakan keperluannya dan membuat daftar hadir atau nomor antrian.

Inovasi yang penulis usulkan adalah petugas kemanan berjumlah dua orang (asumsi masing-masing gerbong satu penjaga) menjaga di tiap gerbong dan memiliki tempat duduk khusus dekat pintu masuk terbuka dan saat kereta berhenti untuk menaikan penumpang, petugas turun di depan pintu melakukan pengecekan tiket dan ceklist daftar penumpang dan mempersilahkan penumpang untuk naik. Karena alat atau gadget sebenarnya sudah terjangkau dan sistem reservasi PT KAI sudah memadai, maka petugas hanya perlu membaca kode di tiket, semudah invite BBM via scan kode qr.

Daftar penumpang dan tujuan turun terdata dengan baik yang digunakan sebagai data audit petugas pemeriksa penumpang yang memeriksa jumlah penumpang sesuai dengan data. Petugas pemeriksa tidak perlu mengganggu penumpang yang sedang istirahat.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Tiap gerbong memiliki petugas yang bertanggung-jawab. Menerapkan standardisai pelayanan yang ramah tapi tetap tegas. Mampu menyelesaikan permasalahan gangguan atau perselisihan antar penumpang.
  • Pemeriksaan penumpang dilakukan saat penumpang akan naik kereta. Penumpang otomatis terfoto saat pembacaan barcode untuk data visual penumpang yang akan berguna pada kondisi tertentu.
  • Petugas pemeriksa kantor atau staff dari kepala perjalanan kereta cukup memeriksa kesesuaian penumpang dengan data dari sistem reservasi.
  • Karyawan PT KAI yang tidak bertugas untuk kereta yaitu menumpang karena tugas untuk diantarkan ke stasiun tertentu tetap melapor dalam sistem dan diberi ijin kepala perjalanan. Hal ini untuk memastikan keakuratan manifest.


Posisi Kereta, Antrian Penumpang dan Alat Bantu Naik

Alat bantu naik yang dimiliki oleh stasiun berbentuk tangga yang memiliki roda sehingga dapat dengan mudah dipindahkan. Alat bantu ini digunakan pada peron yang ketinggianya rendah, karena tidak semua stasiun memiliki fasilitas peron yang standar untuk naik turun penumpang. Selama ini alat bantu naik sudah tersedia di stasiun. Hampir sering alat bantu tersebut tidak dipergunakan kecuali ada petugas yang kebetulan dekat dan sukarela membantu.

Dengan menerapkan aturan pembatasan ruang kereta dan pintu masuk khusus, maka stasiun harus dapat menunjukan lokasi yang presisi sehingga penumpang dapat tahu harus berdiri di mana untuk menaiki gerbong sesuai tiket yang dimiliki.

Apakah hal ini memungkinkan?

Penulis yakin dengan mengetahui jenis lokomotif, jenis gerbong dan formasi kereta yang akan masuk ke stasiun, titik berhenti lokomotif secara presisi dapat ditentukan sehingga titik-titik dimana penumpang antri akan naik akan mendapati pintu gerbong yang tepat tanpa harus berlari-larian dan akhirnya naik secara berebutan dan proses pemeriksaan tiket berjalan tidak lancar.

1409247011430426381
1409247011430426381

Masa persiapan sebelum inovasi ini dapat dilaksanakan, peron-peron stasiun diukur dan diberi tanda-tanda yang distandarisasi sehingga petugas stasiun mampu menyiapkan titik-titik antri mengikuti profil kereta yang akan masuk ke stasiun dengan mudah.  Dengan sedikit tambahan modul pada sistem reservasi, tiap stasiun dapat mendapatkan data ringkas profil kereta yang akan masuk, jumlah penumpang dan gerbong mana saja penumpang akan naik dan turun.

Alat bantu naik tentu akan merepotkan bagi petugas yang menyiapkan titik antri dan tangga baik untuk naik penumpang atau menyambut penumpang yang turun. Beberapa bus memiliki teknologi sederhana untuk alat bantu naik dimana ketika pintu terbuka secara otomatis pula pijakan bawah yang terlipat akan terbuka. Dengan menerapkan konsep serupa maka dapat diberikan tuas khusus yang akan ditangani oleh petugas gerbong untuk menurunkan tangga yang dipasang di bawah pintu kereta jika peron stasiun terlalu rendah. Dikarenakan risikonya cukup tinggi jika saat kereta berjalan tangga posisi turun, maka harus dianalisis dengan baik, jika memang tidak memungkinkan tidak perlu diakomodir.

1409247153825453051
1409247153825453051

Dengan tangga yang sudah ada di masing-masing gerbong, maka petugas stasiun cukup mempersiapkan titik antri masuk kereta, dengan profil yang jelas dari sistem reservasi, tidak semua titik harus disiapkan, hanya gerbong yang ada penumpang naiknya saja yang perlu disiapkan.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Persiapan sistem agar dapat menampilkan profil jumlah penumpang dan gerbong yang akan naik untuk disiapkan titik antri.
  • Titik antri dipergunakan untuk kenyamanan penumpang sehingga pembatasan area dan proses pemeriksaan dapat berjalan lancar tanpa harus berlari-larian menuju ke gerbong tujuan.
  • Dengan adanya titik antri maka masinis harus mampu menghentikan keretanya secara presisi dengan bantuan tanda-tanda yang distandarisasi PT KAI.
  • Tangga portable di stasiun dapat diminimalkan dengan penggunaan tangga kereta jika analisa risikonya memungkinkan.


Lokasi Kereta dan Fasilitas Pengingat

Penulis pada perjalanan mudik 2014 kemarin merasakan keterlambatan kereta api Taksaka, karena penulis sedang berbaik sangka pada sistem reservasi PT KAI yang bagus, maka penulis menunggu kereta dan berharap jika ada keterlambatan akan diinformasikan karena dari sistem reservasi ada informasi bahwa ada penumpang yang akan naik kereta. Sebal karena menunggu hampir 2 jam, penulis ke pos pemberangkatan kereta untuk bertanya. Pertanyaan penulis tidak langsung dijawab karena beralasan akan mencari informasinya terlebih dahulu. Penulis kembali ke tempat tunggu kereta kemudian setelah lima menitan diinformasikan keterlambatan kereta melalui pengeras suara.

Di era online dan GPS terjangkau seperti saat ini, sudah sepatutnya data kedatangan dan keberangkatan kereta serta lokasi terakhir dan estimasi terbaru diinformasikan melalui papan layar sehingga penumpang merasa nyaman. Kadang penumpang ingin ke toilet atau makan sembari menunggu tapi takut jika kereta yang ditunggu akan masuk, jika informasi akurat maka penumpang akan dapat menyesuaikan sehingga perjalannya terasa nyaman. Informasi lokasi juga diharapkan didisplay secara sederhana di gerbong kereta.

Terkait petugas gerbong, sistem manifest yang akurat dan dipadukan dengan lokasi kereta yang akurat juga, maka petugas akan tahu bahwa di stasiun depan akan ada penumpang yang akan naik ataupun turun. Sistem manifest akan mengingatkan bahwa ada penumpang yang turun di gerbong dimana petugas berjaga. Jika penumpang yang dimaksud sesuai no tempat duduk sedang tertidur lelap dapat dibantu untuk mengingatkan. Jika ada informasi gerbong yang bersangkutan akan ada penumpang yang naik, maka petugas sudah siap untuk menyambut penumpang, memeriksa tiketnya dan menyiapkan tangga jika diperlukan.

Aspek ini dapat diringkas dalam bebapa poin berikut:


  • Pelayanan yang aktif, setiap keterlambatan diinformasikan kepada calon penumpang dimana diketahui melalui sistem reservasi bahwa ada calon penumpang yang menunggu di stasiun tersebut.
  • Pelayanan aktif dapat berupa informasi visual yaitu display status untuk stasiun yang cukup fasilitasnya atau informasi audio yaitu pengumuman dari petugas stasiun.
  • Pelayanan aktif berupa pengingat stasiun tujuan kepada penumpang agar tidak terlewat dan persiapan penyambutan kepada penumpang yang sudah menunggu di garis antri sesuai gerbongnya.


Penutup

Penulis berpikir ada hal-hal yang dapat ditingkatkan dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dunia perkeretaapian dikaitkan dengan kemajuan teknologi dimana PT KAI pun sudah melakukanya dengan memberlakukan sistem reservasi online. Sebagai penutup, penulis akan memberikan kesimpulan bahwa ada beberapa kelemahan terkait:


  1. Keamanan kereta terutama pada perlindungan kepada penumpang.
  2. Kenyamanan dalam berbagai segi dimulai dari saat menunggu, naik, dalam perjalanan dan turun.
  3. Manifest atau daftar penumpang yang sudah ada tetapi belum ditangani dengan baik.


Beberapa usulan yang penulis sampaikan semoga dapat menjadi pertimbangan bagi PT KAI dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen. Jayalah dunia perkeretaapian Indonesia.

Ilustrasi (Menyusul)


  1. Penumpang menunggu kereta dan mengetahui status kereta
  2. Penumpang mendengarkan status kereta terjadwal di stasiun yang fasilitas displaynya belum tersedia.
  3. Petugas stasiun mempersiapkan titik tunggu/antri sesuai data manifest dan profil kereta, gerbong dengan penumpang naik wajib dipersiapkan titik tunggunya.
  4. Kereta berhenti dengan presisi, penumpang yang antti dihadapkan pada pintu gerbong yang tepat.
  5. Petugas kereta menyambut penumpang dan mempersilahkan penumpang untuk cek tiket melalui pembacaan barcode dan otomatis terfoto sebagai data visual.
  6. Kepala perjalanan dan staff memeriksa jumlah penumpang dan data manifest jika diperlukan.
  7. Petugas mengingatkan penumpang stasiun tujuan sudah dekat.
  8. Pintu turun disiapkan oleh petugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun