Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Said Didu yang Tetap Santuy, Ruhut dan Ferdinand Kudu Hati-hati!

7 Mei 2020   18:39 Diperbarui: 7 Mei 2020   18:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, setelah memperhatikan perkembangan berikutnya, anggapan penulis terhadap Muhamad Said Didu, perlahan berubah. Dia tidak sejiper dan sepengecut itu.

Penulis merasa, mangkirnya Said Didu merupakan bagian dari strategi yang sedang dibangunnya. Dalam hal ini, Didu ingin memperlihatkan pada publik bahwa dalam menanggapi panggilan atau proses awal pelaporan tidak usah terlalu serius. Terlebih yang melaporkan dirinya bukan LBP langsung. Melainkan kuasa hukumnya.

Jadi, buat Didu juga tak harus langsung kebakaran jenggot dan "lari terbirit-birit" memenuhi panggilan polisi. Dia juga cukup "menyuruh" kuasa hukumnya yang menghadapi.

Disamping itu, dalih Didu mangkir juga sangat cerdas. Dengan memanfaatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Undang-Undang Karantina Kesehatan jadi alasan.

Dia memanfaatkan PSBB dan Undang-Undang Karantina Kesehatan, yang membuat orang tidak bebas bergerak antar kota. Jika polisi memaksa artinya polisi telah melanggar kebijakan pemerintah.

Bagi penulis tidak ada rasa takut apalagi pengecut dalam diri Said Didu. Justru sebaliknya, dia telah memenangkan perang mental awal. Kenapa harus takut, personil dan dukungan dari ratusan tim advokasi membuktikan kesiapan prima dia dalam menghadapi LBP. Hanya saja, dia tidak ingin tergesa-gesa dalam memainkan bidak caturnya.

Boleh jadi, saat ini, Didu sedang tersenyum simpul atau tengah menyeruput kopi kemenangan perang mental awalnya dengan LBP.

Simbol Perlawanan

Membaca arah perseteruan antara Said Didu dengan LBP, seolah menjadikan perang antara kaum akar rumput dengan pihak penguasa.

Dalan hal ini, Didu merupakan simbol perlawanan rakyat. Dia masuk ke dalam arena dengan membawa sejuta aspirasi yang mewakili banyak orang. Sementara di pihak lain, LBP adalah citra wajah penguasa, yang bisa bertindak dengan seenaknya.

Seperti diketahui, awal perseteruan ini terjadi saat Didu mengkritik LBP sebagai pejabat yang hanya memikirkan uang, uang dan uang. Hingga akhirnya berujung pelaporan polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun