Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kotak Wasiat

2 September 2019   07:45 Diperbarui: 2 September 2019   07:46 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu kenapa kotak wasiat ini ada tiga. Karena ayah kalian juga ingin mewariskan sebagian hartanya pada Prama. Orang yang selama ini mengurusnya dengan baik dan penuh tanggung jawab layaknya bakti seorang anak pada orang tua" Susul pengacara ini.

"Udahlah pak pengacara jangan bermain teka-teki. Apa maksudnya dengan kotak-kotak ini?" Tanya Guntara tak sabar.

"Masing-masing kotak ini adalah surat yang isinya daftar harta yang akan diwariskan. Nah masing-masing kalian silahkan ambil satu kotak itu dan tandatangani surat pernyataan yang sudah saya siapkan sebagai bukti kepemilikan yang syah" Tutur pengacara.

"Sok kamu mau pilih kotak mana?" Tanya Yudistira pada Guntara.

Tanpa pikir panjang, Guntara langsung memilih kotak kayu jati berlapis emas. Pun dengan Ginanjar memilih kotak kayu serupa. Tinggal satu kotak butut yang otomatis milik Prama. Namun, pemuda ini tak serta merta menerimanya.

"Maaf tuan, bukannya saya menolak. Tapi saya merasa tidak berhak dengan semua ini" Ucap Prama.

"Apa karena kotaknya butut?" Selidik Yudistira.

"Sama sekali bukan tuan. Pengabdian saya pada tuan itu ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sekalipun tidak diberi, saya bakal terus merawat tuan dengan baik. Karena itu tujuan hidup saya" Tutur Prama lagi, yang di respon Yudistira dengan penuh haru. Sementara Guntara dan Ginanjar mencibir alasan Prama. Mereka pikir, itu semua hanya akal bulus Prama semata.

"Kalau begitu terima kotak ini. Anggap ini bukan pemberian, tapi amanat dariku" Tutur Yudistira.

Merasa diberi amanat, dengan berat hati, Prama pun menerimanya.

Setelah masing-masing menerima kotak dan menandatangani surat pernyataan. Si Pengacara menyuruh kotak itu dibuka.
Guntara mendapatkan puluhan hektar tanah dan ratusan gram emas batangan yang tersimpan di bank. Ginanjar mendapatkan rumah,  perhiasan peninggalan ibunya serta uang yang tersimpan di bank. Keduanya langsung bersorak kegirangan setelah tahu apa yang mereka dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun