Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Si Tua Renta dan Badut Politik

30 Juli 2019   11:04 Diperbarui: 30 Juli 2019   13:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ah itu hutan kan sudah tidak sesuai tata ruang kota. Hutan itu harus menyesuaikan kota. Kamu tahu tidak?" ungkapnya, sambil meludah ke samping kiri.

"Mengapa hutan yang harus menyesuaikan?, bukankah sebaliknya, yang harus menyesuaikan itu kota terhadap keberadaan hutan? hutan adalah inti dari kehidupan" Timpal si kakek.

Melihat perlakuan kasar terhadap si kakek renta, aku terkejut. Pejabat yang selama ini aku anggap anomali dari lingkaran pejabat korup, ternyata setali tiga uang. Wajah idealis yang dia perlihatkan selama ini, rupanya sebatas topeng pencitraan.

"Badut politik" gumamku.

"Kamu jangan ngomong sembarangan! Lagian kamu tetap melarat kan di sana?" Tegas anggota parlemen itu terus memperlihatkan watak aslinya.

"Hey pak tua, perlu kamu ketahui, hutan itu akan kami ubah jadi tempat wisata yang besar" geram si pejabat.

 "Dasar rakyat kecil!!!, pikir dong nanti kamu bisa bekerja di sana, dan semoga kamu tidak melarat lagi"

Mendengar penjelasan kasar si pejabat, si kakek tertegun sebentar, lalu kembali bertanya.

 "Apakah bapak tidak mempunyai kebijaksanaan untuk menolak itu semua?"

"Pernahkah bapak berpikir bahwa hutan itu adalah titipan untuk generasi mendatang?"

"Ah, sok pintar kamu rupanya. Saya lebih bijaksana daripada kamu. Nanti akan ada banyak uang yang mengalir untuk pemerintah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun