Si kakek pun menghampiri mobil tersebut. Seperadukan teh kemudian, keluarlah pria kelimis dengan penampilan ala pejabat.
"Oh dia" gumamku. Sosok pejabat yang ditunggu si kakek renta itu memang tak asing lagi bagiku. Dia adalah salah seorang anggota dewan yang cukup vokal dan idealis ketika bicara di media.
"Maaf bapak yang terhormat, bolehkah saya sedikit bertanya?" ucap si renta sambil sedikit membungkuk.
"Eh kamu siapa? Tanya si anggota dewan
"Maaf, saya adalah masyarakat dari daerah pemilihan bapak" terang si kakek, tak lepas dari pandanganku.
"Oooh begitu, tentu saja boleh. Tapi sebentar saja ya, urusan saya masih banyak," tandasnya, sambil memicingkan sebelah mata.
"Tahukah bapak yang terhormat, saya tinggal di pinggiran hutan yang jauh dari kota ini"
"Lantas apa hubungannya dengan saya?" Tandas si anggota dewan sedikit kesal.
"Hutan adalah penghidupan buat kami."
"Iya, lantas?, ayo jangan basa-basi. Saya penjarakan, jika mengganggu waktu saya, sambil sedikit mendorong si renta.
"Maaf bapak yang terhormat, saat ini kami melihat pohon-pohon ditebangi dan juga melihat alat-alat berat berdatangan ke hutan kami. Akan ada apakah di hutan itu pak?" tanya si renta dengan sedikit berkaca-kaca.