Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Adalah Pram

30 Juli 2019   08:11 Diperbarui: 30 Juli 2019   08:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat semua kejadian itu, Pram yang sedari tadi mengintip di balik pohon besar tak bisa menahan amarahnya. Dia meloncat keluar untuk mencegah terjadinya peilaku binatang seperti yang dilihatnya tadi.

"Hentikan...!" Teriaknya lantang.
Kedua orang yang masih telanjang bulat itu kaget, lalu bergegas menyambar pakaian masing-masing.

"Siapa kau, apa hakmu mengganggu kesenangan kami?" Tanya si pemuda tampan penuh amarah. Lalu secepat kilat melayangkan bogem mentah ke arah Pramono. Untung, dengan berbekal sedikit ilmu silat dari aki Sanusi, pram mampu berkelit. Perkelahian keduanya berjalan cukup sengit, sampai pada satu kesempatan, tendangan sabit kaki kanan Pram mampu bersarang tepat di ulu hati pemuda tampan.

"Aaaaaaah" si pemuda tampan mengerang kesakitan, lalu terjatuh dan pingsan. Sementara si perempuan paruh baya hanya bisa menangis. Tak bisa berbuat apapun, selain pasrah dengan keadaan.

Setelah berhasil meringkusnya, Pram lalu menelepon seseorang. Tak lama berselang, beberapa orang polisi dan masyarakat datang. Pram pun bernafas lega.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, kedua orang yang berhasil di ringkus itu adalah pasangan sejoli yang mempunyai kelainan seksual, terlebih fihak perempuan. Nafsu birahinya akan muncul apabila sudah bisa menyaksikan adegan mesum pasangannya, untuk kemudian dibunuh. Sementara korban, termasuk yang ditemukan Pramono di bibir pantai timur adalah perempuan bayaran. Diketahui lebih jauh, korban pembunuhan sadis sejoli ini rupanya cukup banyak, dan menjadi target utama kepolisian.
*****0******
Seminggu kemudian, Pramono mendadak terkenal. Tulisan berita serta keberaniannya mengungkap kasus pembunuhan, menjadi buah bibir di mana-mana, tak terkecuali di warung kopi.

Ada adagium yang menyebutkan, usaha tak pernah menghianati hasil.  Itulah yang terjadi pada Pram. Pasca menjadi buah bibir, membuat pemerintah dan kepolisian setempat memberikan penghargaan. Pram diundang naik panggung pada malam anugerah. 

Jiwanya merasa terbang ke langit ke tujuh. Apalagi malam itu bintang-bintang di angkasa begitu terang menyinarkan cahayanya. Seolah ingin menjadi saksi atas keberhasilan Pram.

"Pramono...pramono..." Penonton terus mengeluk- elukan namanya. Hingga akhirnya, suara perempuan tua nyaring terdengar, menyebut namanya.

"Pramonooooooooooooo....."

"Bangun kau udah siang. Cari kerja sana jangan tidur melulu bisanya"
Pramono pun tersadar, rupanya dia bermimpi.
"Ah ibu ganggu saja, ga bisa lihat orang senang" dumel Pram sambil ngeloyor ke kamar mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun