Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Adalah Pram

30 Juli 2019   08:11 Diperbarui: 30 Juli 2019   08:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lebih baik aku mencari bantuan untuk mengevakuasi mayat tadi atau melapor pada keamanan setempat" pikirnya. Belum sempat melangkahkan kaki, tiba-tiba suara tawa perempuan memecah keheningan. Kontan Pram pun menoleh. Tampak, perempuan paruh baya tengah digandeng laki-laki muda bertelanjang dada, keluar dari pintu perahu besar.  Mesra, peluk cium diselingi tawa nakal si perempuan.

Sambil mengintip dari balik tembok sebuah kedai kecil, Pram meragu.

"Mungkinkah mereka?"

Dasar wartawan, meski batinnya meragu, otak investigasinya tak mau mengalah. Pram mengikuti kedua orang tadi menuju sebuah hotel yang jaraknya cukup jauh dari bibir pantai.

Paska investigasi sana sini, Pram menemukan fakta, kedua orang tadi adalah pasangan kekasih asal Jakarta. Mereka baru dua hari menginap di hotel tersebut. Tak ada kejanggalan, selain pasangan beda generasi.

"Sudah dua hari ini mereka kerjanya berangkat pagi-pagi sekali, pulang malam seperti sekarang," terang salah seorang cleaning service hotel.

"Emang ada apa mas?"

"Engga...saya sepertinya kenal aja pada laki-lakinya. Seperti sahabat lama saya" jawab Pram berbohong.

Setelah mendapatkan fakta tak seberapa, Pram berlalu menuju tempat kejadian perkara. Beruntung, sesampainya di sana, mayat perempuan tadi sudah di evakuasi fihak aparat.

Tanpa banyak reaksi, Pram menuju kamar hotel tempatnya menginap. Dia memutuskan, mengungkap kasus ini sendirian. Dengan harapan, karya jurnalistiknya nanti jadi bombastis.

"Tak apalah, under cover tak dapat, berita kriminal ini juga cukup sexy" pikirnya, menyadur salah satu peribahasa, tak ada rotan akarpun jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun