Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Hujan

29 November 2012   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:28 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menangislah...tumpahkan air matamu...biarkan hujan yang meluruhkannya".

**** Selsa duduk diteras dan termenung menatap hujan. Hatinya sedih saat teringat Indri...teramat sedih, namun tak mampu juga meneteskan air mata. 23 tahun sejak kejadian itu, dia tidak pernah lagi menangis. Airmatanya sudah luruh karena hujan dimalam itu. Terbayang kebahagiaan saat Indri lahir ke dunia. Terbayang kekuatan yang di rasakan sejak kehadiran Indri. Lalu...sayup sayup dia mendengar suara lirih di dalam hujan..

"Ibu....."

Tampak olehnya, Indri dan Elang yang berjalan memasuki halaman rumah.

"Ibu...maafkan Indri bu"

Sekejab dia merasakan pelukan hangat buah hatinya. Dan...kali ini dia menangis...ya...dia menangis.

**** Tamat. Cerpen yang terinspirasi dari fiksi karya Selsa. Dedicated to mbak Selsa, semoga gak kecewa dengan cerpennya.

13541855671395092644
13541855671395092644

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun