Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Hujan

29 November 2012   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:28 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selsa lalu meninggalkan Indri yang menangis. Di dalam kamarnya, perempuan itu merenung gundah. Teringat kembali saat saat pertama datang ke Yogya, saat dia bertemu dengan bapak dan ibu Wardoyo yang begitu mengasihinya, memberinya tempat tinggal dan mau menerima keadaan dirinya. Dia teringat saat melahirkan Indri, bapak dan ibu wardoyo yang menemaninya. Dan ketika saat dia bekerja, dengan senang hati mereka mau merawat indri seperti cucu sendiri. Ya...Indri Permatasari...buah hati yang menjadi permata dalam hidupnya. Dan kini, buah hatinya menanyakan siapa ayahnya.

**** Indri berpamitan pada ibunya untuk pergi ke rumah Ki Dalang Saptaman. Kecintaannya pada budaya Jawa, membawanya pada Ki Dalang. Filsofi Jawa yang tertuang dalam adat, budaya serta prilaku keseharian membuatnya tertarik untuk mengambil tugas ahir tentang budaya. Dan disana pula, dia mengenal Elang, anak dari Ki Dalang. Lelaki yang kerap bertukar pikiran dengannya. Lelaki yang mampu mendamaikan hatinya.

Dia ingat, saat berdebat dengan Elang mengenai siapa itu Srikandi. Dirinya bersikeras bahwa Srikandi adalah seorang wanita. Dan Elang, dengan sabar menjelaskan bahwa Srikandi dalam versi lain adalah seorang laki laki, menjelaskan dengan rinci kisah kisah didalamnya. Kesabaran Elang yang membuatnya jatuh cinta pada lelaki itu.

"Lang...kenapa yah, ibuku merahasiakan siapa ayahku?" tanya Indri setelah tiba di rumah Ki Dalang. "Hmm...mungkin beliau merasa belum saatnya kamu tahu, atau mungkin ada rahasia masa lalu beliau yang tak ingin kamu tahu" "Tapi aku ingin tau Lang" "Indri...biarkan takdir yang membawamu mengetahui semuanya, satu yang harus diingat...seseorang ada bukan hanya karena ada yang melahirkannya ke dunia, tetapi ada karena ada yang merawat dengan cinta"

**** " Duh Gusti...malang nasibmu nduk, kenapa kamu tak mau berterusterang sama bapak dan ibumu ini nduk" ucap lelaki tua itu, orang tua kandung Selsa, saat Selsa memutuskan untuk jujur tentang keadaan dirinya yang sudah mempunyai buah hati. "Selsa tidak mau membuat bapak dan ibu malu atas keadaan Selsa" "Apalah arti malu...dibandingkan penderitaanmu nduk, seharusnya kami ada mendampingimu saat kau jatuh" "Sudahlah pak..bu...semua hanya masa lalu, sekarang Selsa bahagia dengan keadaan Selsa"

Selsa lalu bercerita tentang keadaannya saat ini, melepas kerinduan pada kedua orangtuanya, bercerita tentang kebahagiaannya bersama Indri dan bercerita bagaimana Indri yang terus saja menanyakan siapa bapaknya.

"Sebaiknya kamu jujur padanya nduk...katakan yang sebenarnya" "Selsa takut pak...yang Selsa takutkan adalah, Indri akan membenci keadaan dirinya sendiri, karena itu Selsa butuh waktu untuk proses pendewasaan Indri" "Kapan itu nduk...kapan? Kebenaran merupakan proses buat Indri nanti"

**** "Ibu...aku ingin menikah...tadi siang Elang melamarku" "Kamu sudah yakin nak?" "Iya ibu...aku mencintai Elang" Perempuan itu lantas memeluk erat buah hatinya "Jadi...Ibu setuju?" "Iya sayang...katakan sama Elang, bilang agar orangtuanya datang melamarmu"

Hari yang dinantikan Indri tiba, bapak dan ibu Saptaman datang untuk melamar dirinya. Selsa dan Indri menyambut kedatangan mereka. Acara berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan. Kemudian bebicara penentuan hari baik buat pernikahan Indri dan Elang. Dan akhirnya...pertanyaan itu hadir kembali

"Maaf bu Selsa...kami ingin tahu siapa ayahnya Indri?...karena hal itu penting sekali"

Selsa terdiam, semua yang hadir menanti jawaban dari dirinya, terlebih lagi Indri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun