"Menangislah...tumpahkan air matamu...biarkan hujan yang meluruhkannya".
**** Selsa duduk diteras dan termenung menatap hujan. Hatinya sedih saat teringat Indri...teramat sedih, namun tak mampu juga meneteskan air mata. 23 tahun sejak kejadian itu, dia tidak pernah lagi menangis. Airmatanya sudah luruh karena hujan dimalam itu. Terbayang kebahagiaan saat Indri lahir ke dunia. Terbayang kekuatan yang di rasakan sejak kehadiran Indri. Lalu...sayup sayup dia mendengar suara lirih di dalam hujan..
"Ibu....."
Tampak olehnya, Indri dan Elang yang berjalan memasuki halaman rumah.
"Ibu...maafkan Indri bu"
Sekejab dia merasakan pelukan hangat buah hatinya. Dan...kali ini dia menangis...ya...dia menangis.
**** Tamat. Cerpen yang terinspirasi dari fiksi karya Selsa. Dedicated to mbak Selsa, semoga gak kecewa dengan cerpennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H