Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Hujan

29 November 2012   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:28 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13541855671395092644

"Duh Gusti...apakah ini saatnya aku berterus terang tentang semuanya..Gusti, berilah hamba kekuatan" ucap Selsa dalam hatinya.

Kemudian...Selsa bercerita semua tentang dirinya dan Indri, bercerita tentang masa lalu yang kelam yang sudah lama dia coba lupakan, bercerita tentang...

"Ibu pembohong!!" teriak Indri. "Maafkan ibu nak" "Indri benci ibu!!" teriak Indri kembali, lalu kemudian berlari meninggalkan meraka yang ada di ruangan. Semuanya terdiam sejenak...lalu.. "Ibu..ijinkan Elang menyusul Indri" ucap Elang pada Selsa, dan Selsa pun mengangguk.

**** Hujan turun dengan deras membasahi sanggar seni itu. Elang tahu...Indri pasti ada disitu, karena di tempat itulah Indri kerap menghabiskan waktunya saat suka maupun duka.

"Hai..." sapanya pada Indri. Indri hanya diam, seolah tak menghiraukan kehadiran Elang disitu.

"Ibumu perempuan hebat...sangat hebat" "Jangan coba hibur aku Lang...ibuku seorang pembohong!" Tapi Elang tak perduli, dia terus saja berbicara... "Seorang Dewi Kuntipun harus membuang anaknya Karna yang lahir tanpa bapak. Mungkin karena malu...atau karena takut harga dirinya jatuh sebagai seorang ratu. Tapi ibumu tidak, beliau tidak mau membuang dirimu. Beliau perempuan mulia, dia cinta pada Sang Pencipta...dengan mencintai ujian yang ditimpakan padanya...dia mencintai dirimu"

"Elang....?"

"Ibumu bertahan dari seluruh duka yang dia rasakan...semua demi kamu. Aku akan sangat bangga jika ibumu juga menjadi ibuku"

Mata Indri berkaca kaca, tetapi ditahannya agar air mata tidak menetes. Dia tak menyangka, jika Elang mau menerima keadaan dirinya. Dan Elang melihat ke arah mata itu, lalu...

"Ikut aku".

Ditariknya tangan Indri untuk diajak keluar sanggar. Tubuh mereka berdua pun basah karena hujan setibanya di luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun