" Saya mau ke warung beli bahan buat masak lodeh, Asih paling suka makan masakan Bapak. Kamu mampir yah, kita makan sama-sama nanti."
Fietry tergugah penuh haru, lalu ia menggeleng. Ia tak ingin kecemburuan itu makin menggila di hatinya bila ikut ke rumah Pak Windu. setelah berbasa basi lagi sebentar, Pak Windu pun pergi ke warung. tinggallah Fietry dengan segala kegelisahan yang berkecamuk di hati.
ternyata aku merindukan sosok yang bisa kujadikan tempat bersandar, mungkin tak harus seorang yang berjuluk suami. bisa seorang sahabat, ataupun sodara. tapi di Desa Rangkat aku belum kenal dekat dengan siapapun. hati Fietry mendesah lirih.
Fietry baru saja hendak melanjutkan langkah ketika ekor matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya terkejut. Fietry menajamkan penglihatan, meyakinkan diri bahwa ia sedang tak salah lihat. Disana, berjarak dua ratus meter darinya terlihat seorang wanita cantik yang kemarin mendatangi rumah Fietry sedang tertawa-tawa bersama seorang lelaki. tingkahnya manja dan mesra terhadap lelaki di sampingnya.
" Istriku, kamu kenapa sih masih gangguin si kades gak penting itu?"
hah? lelaki itu suaminya Mbak Jingga? Fietry terpana dalam keterpakuannya. samar terdengar Jingga menjawab sambil cekikikan.
" Hihihi, biarin aja bang. Biar aa kades gak nikah-nikah. aku udah datengin semua cewek rangkat yang dia taksir supaya jauh-jauh dari Aa Kades. Biar Si Kades lebih lama jadi bujangan tua...hahaha..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H