hello...
is it me you're looking for...
i can see it in your eyes
i can see it in your smile
you are all i've ever wanted
and my arms are open wide
tell me how to win your heart
for i haven't got a clue
but let me start by saying
i love you......
lantunan Hello dari Lionel Richie mengalun syahdu, memantul di dinding kamar rumah mungil itu. lagu yang bikin galau, segalau orang yang mendengarkannya. Fietry menghela napas, ia telentang di kasur dan matanya menerawang ke langit-langit.
terngiang ucapan kakaknya di telepon barusan
" Kamu mau nikah, enak aja. Kakakmu juga pengen tahu, masa mau dilangkahi?"
sedangkan ibunya malah ngomong begini:
" Susah Fiet cari orang seperti yang kamu mau, emang di Desa Rangkat gak ada?"
Fiuh...
Fietry bangkit dari tidurannya, mematikan musik dan menyambar jilbab bergo di gantungan kemudian memakainya. Fietry berjalan keluar rumah, ia harus mencari udara segar, gak boleh galau terus di dalam rumah.
entah kemana tujuan Fietry, ia menyusuri jalanan desa yang belum di aspal. Matanya di edarkan ke pemandangan indah gunung Narasi yang kehijauan dan selalu memberi inspirasi. Sungai Rangkat yang jernih terlihat menyejukkan untuk di teguk, hamparan persawahan yang hijau memanjakan mata.
Di persimpangan jalan Fietry bertemu dengan Pak Windu, beliau menyapa Fietry dengan ramah. Fietry segera mencium tangan Pak Windu. Pak Windu tersenyum dan mengelus kepala Fietry yang terbungkus jilbab. Ah, rasa iri segera menyeruak di hati Fietry.
betapa beruntung Mbak Asih punya ayah yang penyayang seperti pak Windu. batin Fietry.
" Kamu mau kemana?" Pak Windu tersenyum arif.
" Jalan-jalan saja, Pak. Pak Windu sendiri mau kemana?"
" Saya mau ke warung beli bahan buat masak lodeh, Asih paling suka makan masakan Bapak. Kamu mampir yah, kita makan sama-sama nanti."
Fietry tergugah penuh haru, lalu ia menggeleng. Ia tak ingin kecemburuan itu makin menggila di hatinya bila ikut ke rumah Pak Windu. setelah berbasa basi lagi sebentar, Pak Windu pun pergi ke warung. tinggallah Fietry dengan segala kegelisahan yang berkecamuk di hati.
ternyata aku merindukan sosok yang bisa kujadikan tempat bersandar, mungkin tak harus seorang yang berjuluk suami. bisa seorang sahabat, ataupun sodara. tapi di Desa Rangkat aku belum kenal dekat dengan siapapun. hati Fietry mendesah lirih.
Fietry baru saja hendak melanjutkan langkah ketika ekor matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya terkejut. Fietry menajamkan penglihatan, meyakinkan diri bahwa ia sedang tak salah lihat. Disana, berjarak dua ratus meter darinya terlihat seorang wanita cantik yang kemarin mendatangi rumah Fietry sedang tertawa-tawa bersama seorang lelaki. tingkahnya manja dan mesra terhadap lelaki di sampingnya.
" Istriku, kamu kenapa sih masih gangguin si kades gak penting itu?"
hah? lelaki itu suaminya Mbak Jingga? Fietry terpana dalam keterpakuannya. samar terdengar Jingga menjawab sambil cekikikan.
" Hihihi, biarin aja bang. Biar aa kades gak nikah-nikah. aku udah datengin semua cewek rangkat yang dia taksir supaya jauh-jauh dari Aa Kades. Biar Si Kades lebih lama jadi bujangan tua...hahaha..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H