Strawman Argument adalah cara yang murah dan mudah untuk membuat posisi seseorang terlihat lebih kuat dari yang sebenarnya. Dengan menggunakan kekeliruan ini, pandangan yang berlawanan dicirikan sebagai "yang tidak memulai," tidak bernyawa, tidak jujur, dan sepenuhnya tidak dapat diandalkan.
Sebagai perbandingan, posisi seseorang akan terlihat lebih baik untuk itu. Anda dapat membayangkan bagaimana Strawman Argument dan kesalahan ad hominem dapat terjadi bersamaan, menjelekkan lawan dan mendiskreditkan pandangan mereka.
Dengan Strawman Argument, seseorang menyerang posisi yang sebenarnya tidak dimiliki lawannya.
Kekeliruan ini bisa jadi tidak etis jika dilakukan dengan sengaja, dengan salah mengartikan posisi lawan demi menipu orang lain. Namun ada kalanya Strawman Argument tidak disengaja, karena pelaku tidak menyadari bahwa dia terlalu menyederhanakan kesan, atau salah mengartikan sudut pandang pernyataan, seolah-olah klaim nya bermakna luas dan bodoh.
3. Appeal to Ignorance (argumentum ad ignorantiam)
Setiap kali ketidaktahuan digunakan sebagai premis utama dalam mendukung sebuah argumen, itu dapat menjadi seruan yang keliru untuk ketidaktahuan. Secara alami, kita semua tidak mengetahui banyak hal, tetapi murah dan manipulatif untuk membiarkan aspek kondisi manusia yang tidak menguntungkan ini melakukan sebagian besar tugas berat kita dalam sebuah argumen.
Menariknya, seruan pada ketidaktahuan sering digunakan untuk mendukung beberapa kesimpulan yang kontradiktif sekaligus. Pertimbangkan dua klaim berikut:
“Tidak ada yang pernah bisa membuktikan secara pasti bahwa makhluk luar angkasa itu ada, jadi mereka pasti tidak nyata.”
"Tidak ada yang pernah bisa membuktikan secara pasti bahwa makhluk luar angkasa tidak ada, jadi mereka pasti nyata."
Jika strategi argumen yang sama dapat mendukung klaim yang saling eksklusif, maka itu bukanlah strategi argumen yang baik.
Appeal to Ignorance bukanlah bukti dari apa pun kecuali bahwa Anda tidak mengetahui sesuatu. Jika tidak ada yang membuktikan tidak adanya hantu atau piring terbang, itu bukanlah bukti bahwa benda-benda itu ada atau tidak ada. Jika kita tidak tahu apakah mereka ada, maka kita tidak tahu apakah mereka benar-benar ada atau tidak.
Appeal to Ignorance tidak membuktikan klaim apa pun atas pengetahuan. Appeal to Ignorance umumnya terjadi karena rasa ingin tahu diluar kapasitas yang sanggup kita amati sehingga menimbulkan asumsi yang akhirnya rentan memunculkan Appeal to Ignorance tersebut. Namun suatu argumen tidak termasuk Appeal to Ignorance apabila diberikan keterangan jelas yang bisa dibuktikan atau ditunjukkan.
4. False Dilemma/False Dichotomy