“Salah Yang Mulia, keaslian kamilah yang 100%!”
Semua langsung menengok seseorang yang tiba-tiba berteriak daribelakang. Seorang yang berperawakan sedang, berkulit gelap, berdagu pendek dan bibirnya sedikit tebal.
Orang itu membawa gambar atau foto dalam map yang langsung ditunjukkan ke Majelis Hakim. Semua mata anggota Majelis Hakimterpaku ke foto itu dan secara bergantian memandang ke orang yang membawanya. Tiba-tiba sang Ketua Majelis Hakim Tersenyum. “Saudara mau membawa perkara apa?”
“Masih soal yang sama Yang Mulia, keaslian warga negara.” Setelah itu, orang tersebut langsung berbicara panjang lebarmenjelaskan gugatannya.
“Yang Mulia, saya Sangirun. Sejak simbah canggah, keluarga kami selalu mendampingi para ahli berbagai negara melakukan penggalian balung leluhur – dari Belanda, Australia, Inggris, Amerika ..... Kami pun bertukar ilmu, saling belajar. Dari mereka kami belajar memahami sejarah leluhur kami, dan dari kami mereka belajar bagaimana kami berkomunikasi dengan leluhur kami ...”
“Leluhur kami adalah Ingkang Sinuhun Sangirun Sepuh. Leluhur kami berasal dari Afrika dan kemudian menetap di kawasan yang kini disebut Sangiran, lebih dari sejuta tahun lalu. Bayangkan, sejuta tahun lalu! Keluarga kami yang sejak simbah canggah menemani para ahli menemukan tulang-tulang yang berserakan di kawasan Sangiran meyakini, lewat komunikasi langsung dengan leluhur, kamilah yang menjadi keturunan langsung dari Ingkang Sinuhun Sangirun Sepuh. Kamilah warga negara yang 100% paling asli! Kamilah emas 24 karati! Foto yang ada di tangan Yang Mulia itulah leluhur yang membuktikan keaslian kami sebagai warga negara!”
Ketika foto itu ditunjukkan ke seluruh yang hadir, seketika ruangan gempar. Ada tersenyum-senyum, ada yang tertawa, ada terbahak-bahak! “Yang Mulia, itu kan Pithecanthropus erectus!” seorang tiba-tiba berteriak.
“Bukan,itu adalah Ingkang Sinuhun Sangirun Sepuh. Para ahli mengenalnyasebagai Homo erectus, bukan Pithecanthropus erectus!” Sangirun membantah.
Seorang yang termasuk panel ahli yang dibawa salah satu penggugat berdiri. “Yang Mulia, dari sejarahnya saja ada kerancuan nama. Sebelumnya pernah disebut Pithecanthropus erectus, artinya monyet yang bisa berdiri. Yang Mulia, dari sini justru saya menyangsikan apakah yang disebut leluhur Saudara Sangirun itu monyet, setengah monyet, atau setengah manusia?!!”
Majelis Hakim tampak berdiskusi di antara mereka sebelum kemudian berbicara kepada yang hadir. “Saudara pembawa perkara dan para hadirin sekalian, karena sudah lewat makan siang, sidang kita tutup untuk dilanjutkan ke sidang minggu depan. Sidang minggu depan akan menentukan apakah leluhur Saudara Sangirun itu bisa disebut sebagai“Manusia Asli” atau bukan!”