Setelah dishalatkan dalam rumah, jenazah kemudian dikembalikan ke mobil ambulans untuk prosesi pemakaman.
Tak ada wajah terlihat untuk terakhir kalinya. Tak ada prosesi ciuman kening bagi sang mayat seperti yang biasa dilakukan anggota keluarga. Tak ada keluarga yang mengantar ke pemakaman. Hanya petugas kesehatan.
Mobil ambulans pun pergi. Meninggalkan duka dan perih hati. Rumah pak Budiman perlahan sepi, satu persatu pelayat pulang ke rumah masing-masing.
+++++
Waktu pun berjalan, sungguh bagi Atikah, Yusuf bocah 5 tahun, dan Aminah ibunda tersayang sangat lambat.
Prosesi pemakaman mereka saksikan lewat tayangan Hp, mengenaskan memang. Harusnya keluarga memberikan tabur bunga. Memasangkan batu nisan tanda cinta untuk terakhir kalinya. Tak ada sama sekali. Hanya air mata dan isak tangis yang tak henti-hentinya.
Sementara itu, berita kematian dr. Muhammad Fariz tersebar lewat media sosial. WA milik Atikah tak henti-hentinya berdenting. Pesan masuk bertubi-tubi. Tak sempat dibukanya sama sekali.
Menjelang sore, setelah semuanya selesai. Atikah baru sempat menahan tangisnya. Kini tak lagi pingsan. Mata sembab sungguh sangat terlihat. Sambil memeluk Yusuf yang belum tau apa-apa. Yusuf tak sadar ayah tercinta telah tiada.
Menjelang malam, pesan WA pun dibuka. Kebanyakan dari temannya dan teman almarhum dr. Fariz.
Satu persatu pesan WA dibaca. Mbak, turut berduka cita ya, mohon maaf tak bisa datang melayat. Saya temannya dokter Fariz, dahulu dia sangat cerdas, kami sering mencontek ketika ujian. Â
Mbak, saya kenal dekat dengan Fariz, kami sering shalat fardu berjamaah ketika sama-sama di sekolah, Fariz sangat ramah Mbak.