Oleh: Eko WindartoÂ
Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi besar dan penyair ulung dari Persia yang lahir pada tanggal 30 September 1207 di Balkh, Afghanistan. Ayahnya bermigrasi ke Anatolia selatan dengan keluarganya pada 1210 setelah sungai Sihun meluap dan menenggelamkan kota Balkh. Setelah melakukan perjalanan yang panjang, keluarga Rumi akhirnya tiba di Konya, di mana Rumi menghabiskan sebagian besar hidupnya dan meraih popularitasnya sebagai seorang sufi yang karismatik.
Rumi tumbuh dalam lingkungan yang sangat terdidik, dengan ayahnya yang seorang ulama dan ibunya yang merupakan putri seorang ulama yang terkenal. Dia belajar berbagai bahasa serta studi klasik seperti matematika, logika, dan etika saat masih muda dan menguasai Sastra Persia, yang kemudian dijadikan pengaruh besar dalam puisinya.
Setelah kematian ayahnya pada 1231, Rumi bertemu dengan seorang sufi misterius bernama Shams Tabrizi, yang kemudian menjadi mentor spiritualnya. Shams mengajarkan Rumi tentang kekosongan dalam hidup dan bagaimana mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui cinta. Kehadiran Shams dan pengaruhnya sangat penting dalam hidup Rumi dan ternyata sangat berpengaruh pada puisi Rumi tentang cinta.
Analisis Puisi dan Karya-Karya Terkenal Rumi tentang Cinta
Puisi Rumi tentang cinta menjadi sangat terkenal di dunia Barat dan terus dihargai sebagai salah satu kumpulan puisi cinta terbaik sepanjang masa. Rumi mengungkapkan cintanya dalam beberapa karya terkenal seperti Masnavi, Divan-i Shams-i Tabrizi, dan Rubayat.
Masnavi adalah kumpulan puisi Rumi yang terdiri dari enam buku dan lebih dari 25.000 bait. Puisi tersebut merupakan karya monumental dalam sastra Persia dan berisi kisah-kisah sufi serta ajaran moral. Saat membaca Masnavi, perasaan cinta Rumi yang mendalam terhadap Allah dan kerinduannya untuk mencapai kesatuan dengan-Nya begitu terasa.
Di antara puisi Rumi yang terkenal dalam Divan-i Shams terdapat "Golongan Pecinta" yang di dalamnya terdapat ungkapan cintanya yang mendalam terhadap Shams. Rumi mengungkapkan kesedihannya dalam berkabung atas kepergian Shams dalam puisi-puisi tersebut.
Rubayat adalah kumpulan puisi Rumi yang berisi empat baris per bait, dan terkenal karena kepadatan dan makna kata-katanya (quatrains). Di dalamnya, Rumi mengungkapkan cinta, kekosongan, dan kesatuan spiritual yang didambakan.
Pandangan Filosofis Rumi tentang Cinta dan Kehidupan
Menurut Rumi, cinta adalah kekuatan yang mendefinisikan manusia dan memberikan pengalaman hidup yang sangat berarti. Ada tiga jenis cinta dalam pandangan Rumi: cinta pribadi, cinta sosial dan cinta ilahi.
Cinta pribadi adalah cinta yang terjadi di antara dua manusia dan sangat terasa oleh mereka berdua. Rumi sangat memahami pentingnya cinta pribadi dan sering menulis tentang hubungan yang dalam antara dia dan Shams Tabrizi dalam karyanya. Cinta dalam hubungan tersebut dianggap sebagai jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan.
Cinta sosial adalah cinta yang dihadapi oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini dapat menjadi perasaan rasa kasih, belas kasihan dan sosial, yang menerangi dan mengarahkan manusia melewati kehidupan.
Cinta ilahi adalah cinta yang mencakup semua aspek keberadaan manusia. Ini adalah cinta untuk Tuhan, yang membuat manusia memahami keberadaannya dan memperoleh kedamaian batin. Cinta ilahi juga melampaui batas agama dan menekankan pada kesamaan antara agama-agama yang berbeda.
Perannya dalam Tasawuf dan Mistisisme Islam
Rumi adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam Tasawuf, gerakan mistik dalam Islam. Dia menggabungkan ajaran Islam dengan kepercayaan sufi, mencari kesatuan dengan Tuhan melalui pengalaman spiritual. Rumi memimpin gerakan yang menekankan kebahagiaan lahir dan kebahagiaan batin melalui kesatuan dengan-Nya. Di antara cara utama untuk mencapai kesatuan ini adalah praktik meditasi, zikir, dan puasa.
Pengaruh Rumi di Dunia Barat dan Kepopulerannya di Era Modern
Karya Rumi telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia Barat, termasuk Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, dan Jerman. Dia menjadi sangat populer di Barat pada abad ke-19 dan terus menjadi sumber inspirasi bagi para penyair dan penulis modern hingga saat ini.
Karya Rumi telah membuka pintu bagi pemahaman antara dunia Barat dan Timur, memungkinkan pertukaran gagasan dan nilai-nilai budaya. Pujian dari para tokoh seperti Ralph Waldo Emerson, Thomas Merton, dan Coleman Barks membantu memperkenalkan Rumi pada dunia Barat dan memperkuat pengaruhnya.
Perbandingan antara Konsep Cinta Rumi dan Ajaran Cinta di Kebudayaan Lain
Konsep cinta dalam puisi Rumi sering kali dianggap sebagai cinta transenden. Ini merujuk pada cinta yang mengarah pada pengalaman kesatuan dengan-Nya dan pada pengetahuan yang sejati. Konsep cinta ini mirip dengan ajaran dalam kebudayaan lain seperti Tantra Hindu dan Taoisme.
Namun, konsep cinta dalam kebudayaan Barat seringkali berfokus pada cinta pernikahan dan kedewasaan antar individu, yang lebih terfokus pada pengalaman yang bersifat manusiawi daripada pengalaman spiritual.
Pesan Manajemen Diri dalam Ajaran Cinta Rumi
Pesan manajemen diri dalam ajaran cinta Rumi terkait dengan kesadaran tentang ketergantungan pada pengalaman positif dan negatif dalam hidup. Rumi mengajarkan agar manusia harus tetap rendah hati dan mengakui bahwa segala sesuatu yang baik dan buruk dalam hidup berasal dari Tuhan.
Perlu juga untuk menyeimbangkan kebahagiaan dengan kesedihan dan menerima kenyataan bahwa ketidakpastian adalah bagian dari hidup. Dari sini, Rumi mengajarkan bahwa manusia harus senantiasa bersyukur dan menghargai hidup.
Kritik terhadap Konsep Cinta Rumi
Kritik terhadap konsep cinta Rumi datang dari berbagai sudut pandang. Beberapa mengkritik penggambaran Rumi tentang perempuan dalam puisinya. Kritik lain melihat Rumi terlalu terlibat dengan dunia materi dan sosial dalam puisinya dan kehilangan fokus pada pengalaman spiritual dan filsafat.
Beberapa juga menyalahkan penafsiran Barat dan pengaruh modern dalam melakukan penafsiran yang kontroversial dan memperburuk pengaruh budaya Rumi di Barat.
Bagaimana Cinta Rumi Terinspirasi dari Hubungan Spiritualnya dengan Shams Tabrizi
Cinta Rumi terinspirasi oleh hubungannya dengan Shams Tabrizi, seorang pembimbing spiritual yang dia temui pada tahun 1244. Shams membantu Rumi menyadari kekosongan dalam hidupnya dan membuka hatinya untuk pengalaman spiritual yang lebih dalam.
Rumi sangat menghargai Shams dan mengungkapkan cintanya dalam puisi-puisi yang penuh gairah. Namun, hubungan mereka menjadi kontroversial dan menyebabkan banyak konflik dengan keluarga Rumi dan teman-teman.
Shams meninggalkan Konya pada 1247 dan kemudian dibunuh di desa Afyonkarahisar oleh sekelompok orang. Kematian Shams sangat mempengaruhi Rumi dan menyebabkan Rumi mengalami periode kesedihan dalam hidupnya. Namun, kepergian Shams juga membuat Rumi merenung tentang kekosongan dalam hidup dan meraih tingkat spiritualitas yang lebih tinggi.
Rumi mengingat Shams sebagai kekasih tertinggi dan melihatnya sebagai semacam mediator antara kesederhanaan dan kemurnian Yang Mahatinggi. Dari sini, Rumi memandang ayat-ayat suci sebagai sumber kebenaran tertinggi dan mencari kesatuan dengan Tuhan.
Cara Menerapkan Ajaran Cinta Rumi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Ajaran cinta Rumi menekankan pada kesadaran pelaku untuk merenung tentang cinta, kekosongan dalam hidup, dan perjalanan spiritual. Hal ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui beberapa cara, yaitu:
Menjadi penerima dan bersyukur atas segala hal dalam hidup. Inilah yang Rumi ajarakan kepada para pengikutnya.
Memandang setiap orang sebagai manifestasi Tuhan, sehingga menjalankan kehidupan dengan sikap yang penuh kasih.
Belajar merangkul ketidakpastian dalam kehidupan dan secara positif menerima harga diri dalam mengeksplorasi potensi diri.
Berteman dengan orang yang mencintai Tuhan dan membantu mencerahkan jalan hidup.
Melepaskan ego dalam bentuk apapun, untuk menemukan tujuan suci dalam hidup.
Puisi Rumi tentang cinta menunjukkan bahwa cinta merupakan pengalaman spiritual yang dapat memperkuat manusia dalam merenungkan hubungan, rasa-rasa, kesedihan, kegembiraan yang maupun kerinduan di dalam hidup. Rumi mencapai puncak spiritualitas melalui kekosongan dalam hidup dan pengalaman mencintai Tuhan dalam segala aspek keberadaan manusia. Dengan cara ini, manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan batin dalam keseharian.
Sekar Putih, 3092024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H