Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Dunia sebagai Pandangan Dunia Tragik

22 Juni 2024   07:41 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:41 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dokpri 

Manakala penyair meredakan apa yang bergejolak dalam hatinya, ia mengenangkannya dengan apa yang dilihatnya, yaitu pada bait enam yang berbunyi, / Betapa jilid kehidupan menumpuk/ menjulang memenuhi/ angkasa tiada batas, tetapi sang mentari, /tak/ pernah sekali pun mau tahu/. Dia tetap setia dengan tugasnya/ membagi cahaya kepada mereka/ yang datang dan berlalu/. Dari situlah terlihat diksi SANG MENTARI menjadi kekuatan. Terlihat sekali bahwa penyairnya mencatat apa yang ia lihat dan rasakan melalui pendekatan batinnya.

Sebagai penyair haruslah peka terhadap kejadian di masyarakat. Peka terhadap kehidupan di sekitarnya, peka terhadap kecurangan, penindasan dan kesengsaraan manusia. Sebab, penyair adalah cermin dari masyarakat. Oleh sebab itu, ia mencoba menulis apa yang dilihatnya melalui satir halus sebagai berikut ini, / Tak perlu butuh waktu berselang dia pun berganti topeng/. Memang banyak sekali kenyataan dan fakta, bahwa muda mudi dan para pejabat kita sering berganti-ganti topeng, dan suka menjilat orang lebih atas dari dirinya. Setelah mendapat keuntungan dan keberuntungan, mulailah mereka berganti wajah untuk menutupi keburukannya agar selalu terlihat baik yang membuat sang penyair gelisah dan letih seperti bait ini, / Letih batin menyaksikan topeng-topeng manusia/. Betapa rapuhnya harga diri/. Betapa ruginya mempunyai hati tanpa nurani/.

Menurut penyair, kehidupan masyarakat sudah sangat bobrok dikarenakan telah meninggalkan budaya leluhurnya sendiri, yaitu budi pekerti yang semakin hari semakin luntur oleh budaya praktis dan individual, seperti yang tergambar dan diungkapkan melalui bait berikut ini, / Tak perlu butuh waktu berselang dia pun berganti topeng/. Mainkan peran sang penjilat karena diri/ dapat manfaat kemudian menghujat/. Betul-betul sang penyair mengungkapkan kejadian dalam keadaan yang sekarang sedang terlihat telanjang.

Pada bait terakhir, ia juga menceritakan pengkhianatan para pembesar, penguasa yang kong kalikong dengan sesama rekannya untuk mendapatkan yang mereka mau. Badut-badut politik pandai menarik simpati dengan bertopeng janji-janji palsu yang seakan terlihat mudah untuk diimplementasikan. Padahal itu hanya sandiwara dan tipu daya demi kekuasaan, tahta dan harta seperti yang tergambar dalam baris berikutnya ini, / dan mengumpat mainkan perang pengkhianat/. Untuk menutupi keburukan dan kekeliruan mereka demi ambisi. / Bagaikan pucuk bambu/ yang lentur dia bergerak ke mana arah angin berhembus/. Mereka yang jujur terpuruk hancur/. Ya ya, memang yang jujur selalu disungkurkan demi keinginan sesaat. / sedang curang menang menantang/. Prajurit gugur lupa dibilang panglima/ menjulang riuh pujaan/. Para badut politik janji sambil membagi nasi/ bermimpi kursi dan korupsi/. Inikah kisah dunia/? Betul-betul puisi yang merindingkan bulu kuduk.

Begitulah karya sastra seperti puisi di atas yang bermuatan pandangan dunia tragik, kadang bagi orang fanatik sering memerahkan telinga. Namun demikian, hal itu fakta kemanusiaan yang sulit disangkal, karena manusia sering bersikap mencari terus-menerus terhadap kebenaran.

Sekarputih, 1732019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun